Lompat ke konten
Daftar Isi

Dampak Konflik Timur Tengah Terhadap IHSG beserta Solusinya

Dampak Konflik Timur Tengah Terhadap IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indeks yang mengukur seluruh kinerja saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Naik turunnya nilai indeks ini secara langsung menggambarkan kinerja pasar modal Indonesia secara keseluruhan. Maka dari itu, tidak heran apabila IHSG menjadi salah satu indikator ekonomi makro di negeri ini. 

Besar kecilnya nilai IHSG dipengaruhi oleh banyak hal. Termasuk diantaranya adalah kondisi ekonomi dan geopolitik nasional dan internasional. Adanya konflik di negara-negara tertentu, seperti Ukraina-Rusia dan Israel-Iran mau tidak mau akan mempengaruhi nilai indeks ini. Apa saja pengaruh konflik timur tengah terhadap IHSG dan bagaimana cara menyikapinya? Simak selengkapnya berikut ini:

Dampak Konflik Timur Tengah Terhadap IHSG

Secara garis besar, konflik di timur tengah antara Iran, Palestina dan Israel dapat menyebabkan nilai IHSG anjlok karena adanya ketidakpastian ekonomi. Apabila dirinci lagi, hal ini bisa terjadi karena:

1. Capital outflow

Capital outflow atau capital flight adalah fenomena keluarnya investor asing dari pasar negara tertentu (dalam hal ini adalah Indonesia). Ketidakpastian ekonomi global akan mendorong investor luar negeri untuk menarik asetnya dari pasar negara berkembang, seperti Indonesia ke pasar negara maju, seperti Amerika Serikat. 

Pada pasar saham dan pasar modal secara keseluruhan, hal ini berakibat banyaknya investor asing yang menjual saham dan obligasinya di Indonesia, sehingga tekanan jual pada pasar modal di negeri ini menjadi tinggi dan IHSG melemah. 

2. Peningkatan suku bunga acuan

Masih bersambung dengan penyebab yang pertama, biasanya untuk “mengerem” investor luar negeri lari dari Indonesia, Bank Indonesia (BI) akan meningkatkan suku bunga acuan (BI Rate). Hal ini terbukti dengan kenaikan BI Rate pada periode Januari – April 2024 dari 6% menjadi 6,25%. 

Di satu sisi, peningkatan suku bunga acuan ini akan membuat insentif yang diterima oleh pemegang obligasi baru dan instrumen keuangan lainnya, seperti deposito akan semakin tinggi. Akibatnya, investor akan beralih dari investasi saham ke investasi obligasi, deposito atau instrumen safe haven lain yang dianggap lebih aman.  

Di sisi lain, hal ini bisa menekan kinerja emiten keuangan, sebab akan lebih banyak bunga yang harus diberikan oleh emiten ini kepada nasabah penyimpan. Padahal, saham sektor keuangan (IDX Finance), terdiri dari emiten-emiten besar seperti BBCA, BBRI dan BMRI dan seringkali menjadi tulang punggung perkembangan nilai IHSG. 

3. Peningkatan harga minyak dunia

Iran adalah salah satu negara anggota OPEC (produsen minyak dunia) yang notabene juga menguasai sebagian jalur distribusi bahan bakar fosil ini. Akibatnya, ketika Iran terlibat perang, supply minyak mentah dunia akan terancam dan harga minyak mentah dunia akan naik. 

Minyak mentah adalah sumber daya alam strategis bagi Indonesia. Bagi negara ini, kenaikan harga minyak mentah dunia bisa berakibat pada:

  1. Pengurangan subsidi BBM. Ini artinya, harga pertalite, pertamax akan naik. 
  2. Kenaikan harga BBM dapat menyebabkan harga dan biaya distribusi bahan baku akan naik (cost push inflation)
  3. Inflasi akan menekan daya beli masyarakat dan apabila daya beli masyarakat menurun, maka potensi pendapatan dan laba yang akan diperoleh oleh emiten, khususnya emiten sektor barang-barang konsumen akan menurun. 
  4. Penurunan pendapatan perusahaan dan daya beli masyarakat akan mengakibatkan masyarakat bisa mengurangi porsi pendapatannya untuk investasi

Bhima Yudhistira Adhinegara, pemimpin Center of Economic and Law Studies (CELIOS), dalam sebuah wawancara bersama Metro TV pada April 2024 menyebutkan bahwa apabila pemerintah enggan mengurangi subsidi BBM, maka peningkatan harga minyak dunia ini bisa berakibat pada:

  1. Pembengkakan belanja pemerintah dan neraca anggaran defisit. Neraca anggaran defisit bisa mengindikasikan utang luar negeri Indonesia membengkak dan kurs rupiah terhadap dolar yang akan semakin turun. 
  2. Pemotongan biaya untuk proyek-proyek nasional tertentu. Agar APBN tidak membengkak, Bhima menyarankan adanya pemotongan pengeluaran pemerintah untuk proyek tertentu yang dirasa kurang memiliki dampak signifikan. Hal ini bisa termasuk proyek-proyek infrastruktur nasional. Apabila penyunatan pengeluaran untuk proyek infrastruktur ini terjadi, maka bisa dikatakan saham infrastruktur, khususnya BUMN masih akan mengalami kontraksi dalam beberapa bulan kedepan. 

Namun dampak konflik timur tengah terhadap pasar saham Indonesia bukan berarti akan selalu buruk. Peningkatan harga minyak dunia bisa menjadi sentimen positif untuk emiten yang bergerak di bidang MIGAS, seperti MEDCO atau PGAS. Selain itu, kenaikan minyak dunia juga bisa berdampak positif pada emiten yang bergerak di bidang terkait energi alternatif dan terbarukan, seperti tambang nikel dan lain sebagainya. 

Apa yang Harus Dilakukan Investor?

Lalu apa yang harus dilakukan oleh investor? Secara garis besar, sikap investor dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi seperti ini adalah:

  1. Berpindah ke investasi ke aset yang lebih stabil, seperti emas, obligasi atau deposito. Namun hal ini bukan berarti tanpa risiko. Emas, obligasi dan deposito dikenal sebagai safe haven, namun potensi return yang bisa dihasilkan juga lebih rendah dibandingkan saham. 
  2. Buy on weakness. Jika Anda adalah investor jangka panjang, memiliki toleransi risiko yang tinggi dan yakin terhadap kondisi fundamental saham emiten yang Anda miliki, maka tidak ada salahnya Anda mengambil strategi buy on weakness atau membeli saham tersebut ketika harganya rendah. Sebab apabila Anda memilih saham yang tepat di kala ada potensi penurunan IHSG seperti saat ini, bisa jadi dalam beberapa tahun kedepan, saham tersebut akan mendatangkan keuntungan besar untuk Anda.

Akan tetapi terlepas dari apapun sikap yang Anda pilih, tetap penting bagi investor untuk mengamati kondisi fundamental saham perusahaan, ekonomi nasional serta kinerja bursa saham dunia. Sebab, eskalasi konflik antara Iran, Israel akan memuncak apabila negara-negara timur tengah lainnya ambil andil. 

Kesimpulan

Ada potensi nilai IHSG anjlok sebagai dampak konflik timur tengah. Hal ini karena penurunan transaksi dari investor asing, perubahan suku bunga acuan dan tekanan terhadap daya beli masyarakat akibat kenaikan harga minyak. Adapun sektor yang “berpotensi” terdampak negatif adalah, sektor keuangan, barang konsumen, dan infrastruktur. Sedangkan sektor yang berpotensi terdampak positif adalah sektor tambang dan migas. Namun demikian, tingkat penurunan nilai IHSG akibat dari konflik global ini masih perlu diteliti lebih lanjut karena tingkat kenaikan harga saham sektor tertentu bisa jadi lebih besar dibandingkan dengan penurunan harga saham sektor lain, begitu pula sebaliknya.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *