Lompat ke konten
Daftar Isi

8 Mitos Investasi dan Fakta Di Baliknya

Mitos Investasi dan Fakta Dibaliknya

Investasi di pasar modal sebenarnya sudah ada di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan. Sempat mati suri pasca kemerdekaan akibat kondisi sosial politik yang tidak stabil, Bursa Efek Indonesia (dulu masih Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya) baru dibuka kembali pada dekade 1970-an. 

Ada satu persamaan antara pasar modal Indonesia sebelum dan pasca kemerdekaan, yaitu akses yang masih terbatas pada masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah ke atas saja. 

Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila ketika fakta tentang investasi dan pasar modal sudah mulai berkembang ke masyarakat, banyak mitos yang bertebaran dan membuat masyarakat takut untuk berinvestasi. Apa sajakah mitos tersebut? Simak ulasannya berikut ini:

1. Investasi Perlu Biaya Besar

Mitos yang pertama, investasi perlu biaya besar. Penulis kira, mitos yang satu ini bukannya tidak bersumber. Sebelum adanya perkembangan teknologi seperti saat ini, boleh dibilang investasi (khususnya saham) membutuhkan modal hingga puluhan juta rupiah. Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan inovasi yang dilakukan BEI, mitos ini jadi tidak relevan lagi. 

Perlu diketahui bahwasanya sebelum tahun 2014, 1 lot saham sama dengan 500 lembar. Ini artinya, Anda membutuhkan uang setidaknya 4 juta rupiah untuk membeli saham BCA. Namun setelah 2014, BEI mengubah 1 lot saham setara dengan 100 lembar saja supaya investasi bisa lebih terjangkau untuk masyarakat menengah ke bawah. Bahkan ada wacana kalau selanjutnya 1 lot saham akan dibuat setara 1 lembar.

Sekarang sudah banyak investasi yang hanya membutuhkan modal kecil sehingga terjangkau oleh semua kalangan.

Selain saham, banyak juga instrumen yang kini bisa dibeli hanya dengan Rp100.000 saja, seperti reksa dana, obligasi di pasar sekunder, efek beragun aset (EBA) dan lain sebagainya. 

2. Investasi Itu Ribet

Sekali lagi keberadaan aplikasi teknologi finansial mempermudah investasi. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya sebelum adanya aplikasi ini, Anda harus pergi ke bank atau kantor perusahaan sekuritas terdekat untuk membuka rekening dana nasabah dan membeli efek baik itu saham maupun reksa dana. Sesampainya di sana, Anda juga harus mengisi segepok dokumen.

Akan tetapi, saat ini investasi jauh lebih mudah. Dengan aplikasi di smartphone saja Anda dapat membuat rekening dana nasabah dan siap membeli efek hanya kurang dari 1 hari. Belum lagi saat ini, pelajar juga bisa mulai berinvestasi dengan menggunakan NPWP dan KTP milik orang tua. 

3. Investasi Itu Seperti Judi

Banyak orang yang menganggap bahwa investasi saham itu sama seperti judi, bahwa tingkat keuntungan sepenuhnya berdasar dari keberuntungan. Padahal, kedua hal tersebut adalah dua hal yang sama sekali berbeda. 

Salah satu perbedaan utama antara keduanya adalah ada atau tidaknya instrumen analisis. Judi di satu sisi nyaris tidak memiliki instrumen analisis yang memadai dan notabene hanya mengandalkan keberuntungan belaka. Investasi di sisi yang lain, memiliki seperangkat analisis pergerakan harga (teknikal) dan kualitas bisnis (fundamental) yang harus dipahami dan digunakan oleh seorang investor apabila ingin mendapatkan keuntungan. 

Perbedaan kedua antara investasi dan judi adalah investasi (kecuali untuk jenis transaksi tertentu) adalah hal yang legal di Indonesia, sementara judi, apapun bentuknya, tetap merupakan aktivitas yang melanggar hukum. 

4. Investasi Itu Punya Risiko Tinggi

Risiko dan investasi itu adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Hanya saja, fakta tentang investasi selanjutnya, risiko dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu risiko rendah, risiko sedang dan risiko tinggi. Setiap instrumen investasi pasti memiliki resikonya sendiri-sendiri. 

Tugas seorang investor adalah memilih instrumen investasi yang sesuai dengan profil risikonya dan berusaha untuk menekan risiko tersebut sebaik mungkin. Karena meskipun rendah, risiko investasi tetap tidak dapat dihilangkan.

Jika tidak ingin mengambil risiko tinggi, pilih aset investasi yang aman sehingga risiko kerugian bisa ditekan.

5. Investasi Adalah Bentuk Penipuan

Mitos investasi saham online yang saat ini banyak beredar di masyarakat adalah investasi saham sama dengan penipuan. Menurut penulis, hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu minimnya pengetahuan masyarakat mengenai investasi itu sendiri dan banyaknya pihak yang memanfaatkan minimnya pengetahuan tersebut untuk keuntungan pribadi. 

Faktanya adalah, pada dasarnya investasi bukan merupakan bentuk penipuan, selama tidak ada transaksi yang mengindikasikan ke arah tindakan tersebut. Investasi termasuk penipuan, apabila ditawarkan oleh perusahaan yang tidak terdaftar di OJK, menawarkan keuntungan yang terlalu stabil dan instan, dan menawarkan transaksi binary options atau transaksi biner. 

6. Investasi Itu Sulit Dipahami

Mitos investasi yang keenam adalah investasi itu sulit dipahami. Memang dengan banyaknya aspek analisis yang harus dipahami dan diterapkan oleh investor membuat, investasi sulit dipahami. Fakta tentang investasi yang sulit dipahami ini pada tingkat tertentu memang benar adanya. 

Namun seiring dengan perkembangan teknologi, kini ada banyak sumber pembelajaran investasi yang bisa Anda pilih sesuai dengan metode pembelajaran yang Anda miliki. Sumber pembelajaran tersebut mulai dari konten audio visual di YouTube hingga konten audio podcast maupun visual saja di instagram.

Selain itu, perkembangan teknologi juga memungkinkan penerapan berbagai indikator teknis dan fundamental secara otomatis, sehingga investor tidak perlu menghitungnya secara manual lagi. 

7. Investasi Itu Hanya Membeli Instrumen Pasar Modal Saja

Salah satu miskonsepsi yang hingga kini banyak berkembang di masyarakat adalah investasi sama dengan membeli berbagai instrumen pasar modal saja, khususnya saham. Padahal istilah investasi berarti mengorbankan sesuatu dengan tujuan mendapatkan keuntungan di masa depan. 

Ini artinya, instrumen investasi bisa apa saja, mulai dari produk pasar modal, seperti saham, obligasi dan reksa dana sampai produk pasar riil, seperti emas atau rumah. Bahkan investasi juga termasuk Anda mengeluarkan biaya untuk mengikuti kursus dengan harapan bisa menambah peluang kerja di masa depan. 

8. Properti Adalah Instrumen Investasi Terbaik

Banyak orang yang membeli tanah atau rumah dengan tujuan investasi. Pasalnya, seiring dengan tingginya kebutuhan manusia terhadap hunian, harga tanah, rumah dan apartemen (khususnya yang terletak di tengah kota) cenderung akan meningkat, sehingga potensi keuntungannya besar. 

Namun, banyak orang yang lupa kalau seiring dengan keuntungan besar, ada risiko besar juga. Risiko ini, seperti masalah bencana alam, risiko pasar dan lain sebagainya. Belum lagi fakta bahwa investasi properti membutuhkan modal besar dan relatif kurang likuid. Artinya, bisa jadi Anda menjual rumah Anda sekarang, tetapi baru laku beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun lagi. Tentu bagi Anda yang ingin berinvestasi, modal dan likuiditas ini patut untuk dipertimbangkan masak-masak.

Tiada asap tanpa api, tak ada mitos yang datang tanpa penyebab. Namun, seiring dengan perkembangan industri investasi dan teknologi di Indonesia, acapkali penyebab mitos tersebut menjadi tidak relevan dan mitos akan menjadi mitos apabila tak ada bukti yang menunjukkan sebaliknya.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *