Lompat ke konten
Daftar Isi

Obligasi Korporasi: Pengertian, Cara Membeli, dan Pajaknya

obligasi korporasi

Sebagai seorang investor tentu Anda sudah tidak asing dengan obligasi. Obligasi merupakan salah satu instrumen investasi paling populer setelah saham. Tapi, tahukah Anda kalau obligasi setidaknya terbagi menjadi dua jenis, yaitu obligasi pemerintah dan obligasi korporasi?

Meskipun sama-sama obligasi, namun kedua instrumen ini sedikit berbeda. Simak pembahasan mengenai obligasi korporasi dan ketahui bedanya dengan obligasi pemerintah dengan membaca artikel berikut ini:

Pengertian Obligasi Korporasi

Sebelum mengetahui makna obligasi korporasi, sebaiknya Anda tahu terlebih dahulu apa itu obligasi. Obligasi adalah surat utang jangka menengah hingga panjang yang diterbitkan oleh emiten, baik itu pemerintah maupun perusahaan. 

Adapun obligasi korporasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan, baik itu BUMN, BUMD maupun perusahaan swasta, sementara obligasi pemerintah diterbitkan oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini adalah Kementerian Keuangan. Sama seperti saham, instrumen investasi ini juga dapat diperjualbelikan. Hanya saja berbeda dari saham, emiten penerbit instrumen investasi ini harus melunasi nominal uang yang dipinjam dari investor dalam penerbitan surat utang ini. 

Misalnya, Anda membeli sebuah obligasi korporasi sebesar Rp1.000.000 dari tahun 2022-2025. Maka, perusahaan penerbit instrumen tersebut tidak hanya harus membayar bunga pinjaman kepada Anda, tetapi juga harus mengembalikan uang sebesar Rp1.000.000 yang Anda gunakan untuk membeli surat utang tersebut di awal. 

Obligasi korporasi umumnya menawarkan imbal hasil (kupon) yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi pemerintah. Namun demikian, risiko investasi pada instrumen ini juga lebih tinggi, mengingat bahwasanya investor instrumen ini tidak memiliki jaminan dari undang-undang kalau dana investasinya akan dikembalikan begitu investasi selesai. 

Ini artinya, risiko default pada instrumen investasi ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan surat utang negara. Oleh sebab itu, pastikan sebelum membeli instrumen ini, Anda telah memilihnya dengan hati-hati.

Cara Membeli Obligasi Korporasi

1. Tentukan obligasi yang akan Anda beli

Terdapat beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan saat memilih instrumen investasi ini, khususnya di pasar primer (surat utang yang baru terbit). Beberapa hal tersebut adalah:

  1. Face value atau nilai pokok. Face value atau nilai pokok inilah nominal uang yang harus Anda bayarkan ketika pertama kali membeli sebuah obligasi yang baru terbit. Nilai ini juga adalah nominal uang yang akan Anda dapatkan kembali begitu jangka waktu surat utang ini telah selesai. 
  2. Jangka waktu. Jangka waktu kepemilikan surat berharga ini bervariasi antara 1 tahun hingga lebih dari 10 tahun. Pilih jangka waktu instrumen ini sesuai dengan tujuan dan profil risiko investasi Anda. 
  3. Nominal dan jenis kupon. Kupon obligasi adalah sejumlah bunga yang harus dibayarkan oleh emiten secara teratur kepada Anda. Selain nominal kupon bervariasi pada setiap obligasi, jenis kupon juga harus Anda perhatikan. Ada kupon yang dibayarkan dengan rasio tetap (flat rate), tetapi ada juga yang dibayarkan dengan skema mengikuti suku bunga BI (floating rate).  
  4. Tujuan penerbitan. Sama seperti saham, umumnya emiten menerbitkan surat utang ini untuk mendapatkan dana segar tambahan demi kelancaran bisnisnya. Namun, ada juga emiten yang menerbitkan surat utang ini untuk membayar utang. Maka dari itu, pastikan Anda memperhatikan tujuan emiten menerbitkan obligasi tersebut. 
  5. Rating obligasi. Saat memilih surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan, penting bagi Anda untuk memperhatikan rating. Sebab, rating ini digunakan untuk menilai kinerja emiten penerbit obligasi tersebut. 
  6. Laporan keuangan dan tahunan emiten. Meskipun investor obligasi akan mendapatkan hak klaim terlebih dahulu dibandingkan dengan investor saham, namun pastikan Anda memilih emiten yang memiliki kondisi keuangan dan bisnis yang baik, sehingga diperkirakan dapat mengembalikan semua dana investasi yang diberikan oleh investor. 

2. Unduh aplikasi investasi

Perlu diketahui bahwasanya saat ini tidak semua aplikasi investasi dapat digunakan untuk membeli obligasi korporasi, khususnya di pasar sekunder. Aplikasi Bibit misalnya hanya bisa digunakan untuk membeli obligasi pemerintah, sementara IPOT baru bisa digunakan untuk membeli obligasi yang baru terbit (e-IPO). 

Berikut ini cara membeli obligasi di aplikasi IPOT:

  1. Unduh dan buat rekening dana nasabah di aplikasi IPOT.
  2. Masukkan username dan password Anda. 
  3. Pada laman home, pilih menu akun di kanan atas (yang bertuliskan nama dan saldo Anda).
  4.  Klik E-IPO
  5. Pilih “Bond”. 
  6. Pilih obligasi yang tersedia
  7. Baca rincian instrumen yang tersedia. 
  8. Klik “Order”. 
  9. Masukkan nominal pembelian. 
  10. Lalu klik “Order” lagi. 
  11. Selesai. 

Pajak Obligasi Korporasi

Berbeda dengan keuntungan reksa dana yang tidak dikenai pajak, keuntungan investasi obligasi dan saham akan dikenakan pajak. Dilansir dari laman Pajakku, kini investor kedua instrumen ini kini hanya perlu membayar pajak kupon dan dividen sebesar 10% saja. 

Hal ini berdasarkan  Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2021 tentang Perlakuan Perpajakan untuk Mendukung Kemudahan Berusaha. Nilai ini tentu akan lebih menguntungkan investor, sebab sebelumnya, pajak kupon dan dividen adalah 20%.

Misalnya, Anda memiliki obligasi korporasi sebesar Rp10.000.000 dengan kupon 6% atau Rp600.000 per tahun. Dengan pajak sebesar 20%, Anda hanya akan mendapatkan Rp480.000 dari kupon tersebut, namun dengan pajak sebesar 10%, Anda bisa mendapatkan kupon yang lebih besar sebesar Rp540.000. 

Contoh Obligasi Korporasi

Tidak semua perusahaan atau lembaga bisa menerbitkan instrumen investasi ini. Berikut ini beberapa dokumen syarat penerbitan obligasi korporasi sebagaimana diinfokan dalam laman resmi Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI):

  1. Salinan Anggaran dasar perusahaan beserta perubahannya yang memuat tentang ketentuan Penitipan Kolektif, 
  2. Salinan surat keputusan (SK) Menkumham tentang Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar. 
  3. Salinan Akta yang berisi susunan pengurus perusahaan dan komisaris perusahaan terkini. 
  4. Salinan laporan penerimaan perubahan data perseroan dari Kemenkumham.
  5. Salinan (copy) NPWP, Surat Keterangan Domisili (SKD) yang masih berlaku dan kartu identitas pejabat yang berwenang. 
  6. Salinan (copy) draft Perjanjian Perwaliamanatan (PWA) yang dibuat oleh calon penerbit instrumen investasi ini dan wali amanat. 

Contoh obligasi korporasi 2023 antara lain:

  1. Obligasi Berkelanjutan IV Toyota Astra Financial Services Tahap II Tahun 2023 Seri A dan B. 
  2. Obligasi Berkelanjutan IV Chandra Asri Petrochemical Tahap III Tahun 2023 Seri A.
  3. Obligasi Berkelanjutan IV Merdeka Copper Gold Tahap III Tahun 2023 Seri B. 
  4. Obligasi Berkelanjutan III Samator Indo Gas Tahap I Tahun 2023 Seri A dan B. 
  5. Obligasi Berkelanjutan III Barito Pacific Tahap II Tahun 2023 Seri A dan B.
Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *