Sebelum berganti menjadi Indonesia Stock Exchange Industrial Classification atau IDX-IC pada awal 2021 lalu, sistem pembagian sektor industri pada Bursa Efek Indonesia menggunakan sistem JASICA atau Jakarta Stock Industrial Classification. Dengan menggunakan IDX-IC, kini emiten di BEI terbagi menjadi 12 sektor berdasarkan eksposur industrinya. Namun berdasarkan JASICA, ada 9 sektor termasuk sektor pertanian.
Emiten sektor pertanian adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pertanian, perkebunan dan perikanan. Termasuk di antaranya apabila perusahaan tersebut memproduksi barang pertanian dari hulu ke hilir misalnya dari penanaman kelapa sawit menjadi minyak goreng.
Menurut perkiraan para ahli, saham sektor pertanian diperkirakan akan mengalami pelemahan pada tahun ini. Alasannya adalah hambatan impor minyak kelapa sawit yang dilakukan oleh negara-negara Uni Eropa yang menyebabkan negara produsen kelapa sawit lainnya, Malaysia, menurunkan target ekspor dan kebijakan pemerintah Indonesia yang semakin menggalakkan teknologi biodiesel.
Faktor lainnya adalah kenaikan biaya bahan baku impor. Mau tidak mau, kenaikan harga bahan baku impor ini akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Namun demikian, bukan berarti investasi pada sektor ini tidak menguntungkan. Berikut ini daftar saham pertanian terbaik di Indonesia:
1. PT. Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
PT Astra Agro Lestari Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan produksi minyak goreng. Perusahaan ini merupakan anak usaha dari PT Astra International Tbk (ASII).
Didirikan sejak sebelum tahun 1988, perusahaan ini awalnya bergerak di bidang perkebunan singkong dan karet sebelum kemudian mulai membuka perkebunan sawit di Provinsi Riau. Saat ini, AALI mengelola tanah perkebunan di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi seluas 287.044 hektar.
Selain mendirikan perkebunan, AALI juga memiliki pabrik kilang minyak sawit mentah Mamuju dan Dumai serta memiliki pabrik pencampuran pupuk di Donggala, Sulawesi Tengah dan Bumiharjo, Kalimantan Tengah. Dengan demikian, produk yang dihasilkan perusahaan ini tidak hanya produk mentahan (CPO) saja, melainkan juga produk turunan, seperti Olein, Sterin dan RBDO.
Dominasinya menobatkan AALI juga sebagai salah satu saham bidang perkebunan terbaik.
2. PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA)
Perusahaan pertanian dan perkebunan yang kedua adalah PT Sumber Tani Agung Resources Tbk. Didirikan pada tahun 1970, kini perusahaan ini telah mengelola 42.158 hektar kebun kelapa sawit di 13 lokasi, 9 pabrik kelapa sawit, 1 pabrik pengolah inti sawit, dan 1 pabrik ekstraksi dan pelarut dan 1 pembangkit listrik tenaga biogas. Seluruh operasi perusahaan ini (termasuk kantor pusat) terletak di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Menurut website resmi perusahaan ini, STAA pada tahun 2021 telah mengolah lebih dari 1.8 juta ton tandan buah segar dan memproduksi lebih dari 383 ribu ton CPO dan 85 ribu inti kelapa sawit. Pada periode yang sama, pabrik pemecah inti sawit telah memproduksi lebih dari 39 ribu ton minyak inti sawit (CPKO) dan menghasilkan 44 ribu ton palm kernel expeller (PKE). Dengan produksi aktual pada tahun 2022 sebesar 401.747 ton, perusahaan ini menargetkan pertumbuhan produksi hingga 10% pada tahun 2023.
3. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS)
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berpusat di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1995 dan baru melakukan IPO pada tahun 2013.
Saat ini perusahaan ini mengelola 23 perkebunan sawit, 23 pabrik kelapa sawit dan 1 pabrik pemecah inti sawit di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. SSMS berencana untuk mengembangkan lahan sawitnya dari 116.029 hektar menjadi 150.000 hektar dalam lima tahun kedepan.
Selain berkomitmen dalam memperluas lahan, SSMS juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas produk. Dalam laman resminya, perusahaan ini bertekad untuk menghasilkan 35 metrik ton tandan sawit per hektar atau 12 kali lebih besar dibandingkan dengan hasil yang diperoleh saat ini.
Rencananya, pada tahun 2023 ini perusahaan akan meningkatkan produksi sebesar 10% untuk memaksimalkan kapasitas produksi yang ada. Selain itu, SSMS juga berkomitmen untuk menghasilkan minyak goreng dengan kandungan lemak yang lebih rendah dibandingkan rata-rata.
4. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG)
Perusahaan perkebunan sawit selanjutnya adalah PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG). Dibandingkan dengan ketiga perusahaan lainnya di atas, boleh dibilang TAPG tergolong merupakan perusahaan baru karena baru berdiri pada tahun 2005 dengan nama PT Alam Permata Indah.
Meskipun baru berusia 17 tahun, akan tetapi nyatanya hasil yang diperoleh perusahaan ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Saat ini TAPG telah memiliki 24 perkebunan sawit, 1 perkebunan karet, 17 pabrik sawit, 1 pabrik untuk pengolahan ribbed smoked sheet (RSS), dan 4 kantor cabang di Jambi and Kalimantan, Indonesia. Perusahaan ini juga tercatat mengelola kebun sawit dan karet masing-masing seluas ±158,000 Ha dan ±1,400 Ha.
Pada tahun 2023 ini, TAPG berencana untuk melakukan ekspansi. Ekspansi ini dilakukan dengan cara menambah nominal belanja modal (CAPEX) sebesar 570 miliar rupiah dengan rincian 60% untuk pembangunan infrastruktur dan 40% untuk kebutuhan sawit. Perusahaan juga berencana untuk masuk ke sektor hilir sawit dengan menambah fasilitas penyulingan yang mereka miliki atau bekerja sama dengan perusahaan lain di bidang ini. Tahun ini TAPG juga berencana untuk mengoperasikan pabrik inti sawit menggunakan biogas untuk menambah valuasi perusahaan.
5. PT Sinar Mas Agro Resources and Tech Tbk (SMAR)
Masyarakat Indonesia mungkin sudah tidak asing lagi dengan perusahaan konglomerasi Sinar Mas Group. Yup! Selain pada industri keuangan dan produk serbuk kayu, Sinar Mas juga memiliki anak usaha yang bergerak di bidang pertanian dengan nama PT Sinar Mas Agro Resources and Tech Tbk.
Faktanya, SMAR adalah salah satu anak usaha Sinar Mas yang tertua karena berdiri pada tahun 1962 dan sudah IPO sejak tahun 1992. Perusahaan ini memproduksi produk kelapa sawit dari hulu ke hilir mulai dari penanaman hingga proses menjadi produk jadi, seperti minyak goreng, margarin, dan bahan-bahan bio-energy. Produk-produk dari perusahaan ini kini telah dijual di 60 negara di seluruh dunia.
Saat ini PT Sinar Mas Agro Resources and Tech Tbk mengelola 137.100 hektar kebun, mengoperasikan 16 pabrik kelapa sawit, 4 pabrik pengolahan inti sawit dan 4 pabrik rafinasi di Indonesia.
6. PT FAP Agri Tbk (FAPA)
PT FAP Agri Tbk adalah perusahaan kelapa sawit yang berkantor pusat di Jakarta Utara. Perusahaan ini berdiri pada 28 Desember 1994 dengan nama PT. Fangiono Agro Plantation dan baru melakukan IPO pada awal tahun 2021 lalu.
27 tahun sejak pendiriannya, kini FAPA memiliki kebun seluas 110 ribu hektar, 5 Pabrik kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas total lebih dari 285 ton per jam, dan 1 pabrik pengolahan inti sawit (Kernel Crushing Plant) serta didukung oleh lebih dari 8000 karyawan.
7. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk atau yang juga dikenal dengan Lonsum adalah salah satu perusahaan perkebunan tertua di Indonesia. Perusahaan ini didirikan oleh Harrisons & Crosfield Plc, sebuah perusahaan trading asal London, pada tahun 1906 di dekat Medan, Sumatera Utara. Mulai IPO pada tahun 1996, LSIP kemudian diakuisisi oleh Salim Group melalui anak usaha mereka PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) pada tahun 2007.
Awalnya, perusahaan ini bergerak di bidang perkebunan karet, coklat dan teh. Baru pada tahun 1980-an ketika pasar sawit mulai tumbuh, LSIP mulai masuk ke dalam industri sawit dan kini sawit menjadi komoditas utama perusahaan ini.
Kini perusahaan ini mengelola lahan seluas 114.111 hektar yang terdiri dari 93.853 hektar kebun sawit, 16.228 hektar kebun karet, dan 4.030 hektar tanaman lain terutama coklat dan teh. Lahan tersebut tersebar di 12 lokasi di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
8. PT Bisi International Tbk (BISI)
Berbeda dengan saham-saham di atas, PT Bisi International Tbk adalah perusahaan yang memproduksi bibit pertanian unggul, pupuk dan pestisida. Di bidang produksi bibit pertanian, perusahaan ini memproduksi bibit padi unggul dengan nama Intan dan Ciherang, benih jagung hibrida dengan nama BISI-2 dan selanjutnya, serta benih tanaman hortikultura lain. Produk-produk dari BISI jamak ditemukan di toko-toko pertanian di seluruh Indonesia.
Didirikan pada tahun 1983 dan IPO pada tahun 2007, perusahaan ini memiliki fasilitas penelitian, pengembangan dan processing unit tersendiri. Bahkan menurut laman resminya, kapasitas produksi processing unit perusahaan ini per tahun 2015 sudah melebihi 20.000 ton per tahun hanya untuk biji padi.
Tidak hanya di bidang hulu, BISI juga terus berinovasi di bidang hilir atau penjualan. Pada akhir tahun 2021, perusahaan ini menerbitkan aplikasi BISI yang bisa diunduh melalui smartphone. Di aplikasi ini, petani bisa menemukan tips and trick pertanian, menemukan lokasi cabang dan berbagai fitur pendukung lainnya.
Sama seperti saham sektor batubara, saham sektor pertanian, khususnya perkebunan sawit juga berpotensi bergerak sesuai dengan harga komoditas sawit di pasar internasional. Maka, pastikan Anda update terhadap berita-berita terbaru mengenai komoditas tersebut sebelum membeli sahamnya ya.