Lompat ke konten
Daftar Isi

Apa itu Double Top dan Double Bottom?

Apa itu Double Top dan Double Bottom

Banyak trader yang percaya kalau pergerakan harga aset itu akan membentuk pola yang berulang. Asumsi ini bukannya tanpa dasar. Teori Elliott Wave misalnya dibangun berdasarkan penelitian intensif terhadap pola berulang ini dan hasilnya telah dibuktikan pada zaman The Great Depression.

Dengan adanya software trading seperti saat ini, keterulangan pola tersebut semakin mudah disadari karena gambar dari pola harga bisa dilihat secara langsung. Uniknya, gambar pola harga tersebut seringkali membentuk hal-hal yang mudah ditemui di dunia nyata seperti pola cup and handle, salib, segitiga dan sebagainya. 

Salah satu pola harga yang seringkali terjadi dan memiliki gambar unik adalah pola grafik harga double top dan double bottom. Mengapa demikian? Serta apa indikasi dari pola harga ini? Simak pembahasannya berikut. 

Apa itu Double Top?

Double top adalah pola grafik harga yang berbentuk seperti huruf M. Pola ini bisa terbentuk karena harga aset naik, turun sedikit, lalu naik dan turun lagi sampai menembus batas bawah. Maka dari itu, dia termasuk ke dalam bearish reversal pattern atau pola yang menunjukkan kalau harga aset tersebut akan berbalik turun. 

Kurang lebih gambar double top pattern seperti ini:

Contoh double top
Sumber: Baby Pips

Apabila dilihat dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa double top memiliki struktur sebagai berikut:

  • 2 titik puncak dengan  titik puncak yang kedua tidak lebih tinggi dibandingkan titik puncak yang pertama. Hal ini bisa terjadi karena maksimal kemampuan beli trader pembeli (bull) memang hanya sampai pada titik yang sama dengan sebelumnya.
  • 1 lembah. 
  • 1 neckline yaitu garis yang menghubungkan antara titik harga terendah masing-masing puncak dan lembah. Neckline bisa berbentuk lurus seperti contoh di atas atau miring tergantung dengan kondisi pasar. 

Meskipun muncul setiap hari, namun double top adalah pola harga yang agak sulit diidentifikasi. Hal ini karena tidak jarang pergerakan harga sebuah aset memang membentuk dua puncak harga tapi, ketika turun tidak menembus neckline (garis support) dan malah memantul. Oleh sebab itu, Anda perlu hati-hati dalam mengidentifikasi pola ini. 

Apa itu Double Bottom?

Double bottom adalah kurva pergerakan harga aset yang berbentuk mirip huruf W. Pola ini bisa terbentuk karena harga aset turun, lalu naik lagi (karena banyak yang beli), lalu turun lagi (banyak yang take profit) dan kemudian naik lagi (karena dorongan dari pembeli atau bull masih lebih kuat dibandingkan penjual).

Oleh sebab itu, double bottom masuk kategori sebagai bullish reversal pattern atau pola yang mengindikasikan kalau harga sebuah aset akan memantul naik. Kebalikan dari double top, berikut ini struktur double bottom:

  • 2 titik lembah dengan titik yang kedua tidak lebih rendah dibandingkan titik yang pertama. Alasannya adalah permintaan terhadap aset tersebut cukup tinggi (kuat) sehingga bisa mengerek harga naik. 

Banyak ahli teknikal analisis yang percaya bahwasanya tingkat penurunan pada titik lembah pertama harus berkisar antara 10% sampai 20% dibandingkan harga pada periode sebelumnya dan titik lembah kedua harus berkisar 3%-4% lebih tinggi dibandingkan titik lembah pertama (Investopedia). Titik lembah yang kedua ini juga harus diikuti dengan volume perdagangan yang meyakinkan.

  • 1 titik puncak. 
  • 1 neckline. Berbeda dengan double top, garis neckline pada double bottom menyambungkan titik-titik harga tertinggi sehingga menjadi garis resistance. 

Berikut ini contoh gambar double bottom:

Contoh double bottom
Sumber: Baby Pips

Sama seperti double top, pola ini juga bisa muncul setiap hari tapi akan susah dianalisis kalau bentuknya masih belum komplit. Oleh sebab itu, baik double top maupun double bottom lebih cocok untuk digunakan dalam analisis trading jangka menengah atau jangka panjang. 

Cara Trading Menggunakan Double Top dan Double Bottom

1. Gambar neckline terlebih dahulu

Langkah pertama dari trading menggunakan double top dan double bottom adalah dengan menentukan garis neckline terlebih dahulu. Seperti yang telah dibahas di atas, garis ini nantinya berperan sebagai garis support (double top) dan garis resistance (double bottom). 

Adanya garis ini bisa membantu Anda untuk menentukan kapan harus beli, kapan harus jual sekaligus membantu untuk memperkirakan apakah trend akan berbalik (reverse) atau lanjut (continuation). Hal ini karena meskipun umumnya kedua pola ini menunjukkan pola pembalikan, tidak jarang ada aksi dari bandar yang membuat harga memantul dan trend berlanjut. 

2. Tentukan sikap Anda

Garis neckline tidak perlu digambar sampai selesai jika Anda ingin segera trading karena yakin kalau double top pattern dan double bottom pattern akan terbentuk sempurna. Namun dengan catatan, sikap seperti ini tentu memiliki risiko yang lebih besar. 

Di sisi lain, Anda juga bisa menggambar neckline sampai sempurna dan double top pattern dan double bottom pattern bisa terbentuk sempurna terlebih dahulu. Kekurangannya adalah Anda bisa jadi melewatkan keuntungan yang lebih besar, harus membayar harga yang lebih tinggi dan bisa jadi pola justru bergerak ke arah yang sebaliknya. Akan tetapi kelebihannya, Anda tahu apakah kedua pola ini bergerak sebagaimana seharusnya atau tidak sehingga Anda bisa mengambil keputusan yang tepat. 

3. Menentukan titik exit yang tepat

Sederhananya, Anda bisa menempatkan titik exit tepat di atas atau di bawah neckline (untuk transaksi short). Logikanya, Anda bisa keluar dari pasar secepat mungkin ketika breakout terjadi sehingga meminimalisir risiko pola harga bergerak ke arah yang tidak diinginkan. 

Namun tidak jarang logika sederhana ini dimanfaatkan oleh trader institusi atau pemain besar lainnya untuk mengambil alih kepemilikan trader retail atas suatu aset. Akibatnya, trader retail terasa keluar terlalu cepat sehingga kehilangan peluang keuntungan. 

Untuk mengatasi hal ini, Anda bisa menggabungkan analisis double top dan double bottom dengan bollinger band. Alasannya adalah garis yang dihasilkan oleh indikator teknis satu ini berasal dari gabungan standar deviasi (simpangan baku) dari setiap perdagangan yang terjadi sehingga lebih adaptif terhadap transaksi dengan volume yang jauh lebih besar dibandingkan rata-rata. 

Caranya mudah yaitu:

  1. Tentukan titik puncak atau titik lembah dari double top dan double bottom. 
  2. Pasang bollinger band dengan 4 parameter standar deviasi.
  3. Tarik garis dari titik puncak dan titik lembah double top dan double bottom ke garis bollinger band. 
  4. Buat exit point pada harga dimana garis yang Anda buat tersebut memotong garis bollinger band. 

4. Dukung analisis dengan faktor fundamental

Pola harga apapun terbentuk dari tarik ulur antara bull (pembeli) dan bear (penjual). Oleh sebab itu, sebaiknya Anda juga tahu faktor apa saja yang membuat bull mau membeli aset dan bear mau menjual aset. Faktor-faktor tersebut bisa dilihat salah satunya dari faktor fundamental seperti, kondisi perekonomian negara terkait, berita mengenai perusahaan terkait dan lain sebagainya. 

Anda juga harus tahu pola pergerakan dari bandar (pemain besar). Karena walau bagaimanapun, permainan dari bandar bisa mendorong trader ritel untuk mengikuti gerak mereka atau justru membahayakan trader ritel tersebut. Anda bisa melihat tindakan bandar ini melalui aplikasi bandarmology atau aplikasi trading terbaik.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *