Salah satu instrumen investasi yang sering kali direkomendasikan untuk investor pemula adalah reksa dana. Hal ini karena instrumen yang satu ini memiliki risiko yang relatif lebih rendah dibandingkan saham atau obligasi dan bisa dibeli mulai dari Rp. 10.000 rupiah.
Namun, bukan berarti investasi reksa dana tidak bisa rugi. Kerugian dalam investasi pasti selalu ada dan itu merupakan hal yang wajar. Tinggal bagaimana Anda selaku investor memitigasi risiko kerugian tersebut.
Apakah Reksa Dana Bisa Rugi?
Reksa dana juga bisa rugi, meskipun risikonya yang lebih rendah dibandingkan saham atau obligasi. Kerugian reksa dana terjadi apabila nilai unit penyertaan yang Anda miliki berkurang.
Selain itu, kerugian investasi pada reksa dana juga bisa terjadi apabila nilai return yang Anda terima kurang dari jumlah biaya jasa yang harus Anda bayarkan ke aplikasi marketplace dan biaya transfer dari bank kustodian ke bank pengelola rekening pribadi Anda.
Penyebab Kerugian di Reksa Dana
Mengapa kerugian reksa dana bisa terjadi? Bukankah instrumen ini minim risiko? Jawabannya adalah kerugian pada reksa dana bisa terjadi karena beberapa faktor. Faktor pertama adalah adalah keuntungan investasi lebih kecil dibandingkan biaya jasa marketplace dan biaya transfer di atas.
Faktor yang kedua adalah karena adanya penarikan aset investasi besar-besaran sehingga aset tersebut harus dijual lebih rendah sementara faktor ketiga adalah kerugian ini bisa terjadi karena adanya fluktuasi atau gagal bayar pada aset tempat manajer investasi menanamkan uang nasabah.
Misalnya, manajer investasi sebuah reksa dana saham (RDS) menanamkan modal nasabah pada saham perusahaan A, B, dan C. Kerugian instrumen tersebut terjadi apabila harga saham A, B, C turun semua atau penurunan harga saham A dan B lebih besar dibandingkan kenaikan harga saham C.
Dalam hal ini, RDS secara natural cenderung lebih berpotensi rugi dibandingkan reksa dana obligasi atau pasar uang. Nilai instrumen ini akan turun apabila harga saham tempat manajer investasi menanamkan modal turun.
Di sisi lain, nilai reksa dana obligasi (RDO) akan turun kalau penerbit obligasi tersebut (issuer) gagal membayar kupon atau pokok obligasi mereka. Hal ini sekaligus berarti bahwa RDO yang memiliki komponen obligasi pemerintah cenderung lebih rendah risiko karena pemerintah pusat pasti akan membayar tagihan obligasi dan kupon mereka.
Adapun mayoritas komponen investasi dalam reksa dana pasar uang (RDPU) diletakkan pada deposito sementara sisanya pada obligasi pemerintah maupun korporasi yang tanggal jatuh temponya kurang dari 1 tahun. Maka dari itu, umumnya RDPU memiliki risiko kerugian yang lebih rendah dibandingkan jenis yang lainnya.
Tips Menghindari Kerugian di Investasi Reksa Dana
1. Memilih aplikasi investasi dengan biaya rendah
Apabila dibandingkan dengan saham atau obligasi langsung, risiko investasi reksa dana memang lebih rendah. Akan tetapi, potensi keuntungan yang bisa diperoleh juga lebih rendah. Akibatnya, Anda harus memilih aplikasi investasi reksa dana yang menerapkan biaya transaksi yang rendah pula supaya bisa mencairkan keuntungan tersebut.
Misalnya, Anda punya investasi RDPU senilai Rp. 1.000.000 dengan return tahunan 0,5%. Maka, dalam satu tahun Anda hanya akan mendapat keuntungan sebesar Rp. 5.000 saja. Tentu akan rugi jadinya kalau saat mencairkan Anda harus membayar biaya transaksi sebesar Rp. 3.500 dan biaya transfer bank 6.500.
2. Memilih reksa dana yang disimpan di bank kustodian yang sama dengan bank yang mengelola rekening pribadi
Cara yang kedua adalah dengan berinvestasi pada instrumen yang disimpan di bank kustodian yang sama dengan bank tempat Anda mempunyai rekening pribadi. Tujuannya adalah untuk mengeliminasi biaya transfer antar bank ketika Anda mencairkan uang tersebut.
3. Menilik fund fact sheet (FFS)
Fund fact sheet adalah salah satu dokumen penting yang harus Anda periksa saat memilih reksa dana. Dalam dokumen ini terdapat banyak informasi penting seperti, riwayat nilai instrumen tersebut, return yang ditawarkan, biaya yang dibebankan kepada investor, nama bank kustodian dan lain sebagainya.
Salah satu komponen penting dalam FFS adalah data dimana manajer investasi tersebut meletakkan uang nasabah dan berapa persentasenya sehingga dengan membaca dokumen ini Anda akan jadi tahu perusahaan apa atau instrumen apa saja yang menjadi tempat investasi manajer tersebut dan bisa memperkirakan potensi kerugiannya.
Gambar di atas merupakan contoh fund fact sheet dari RDPU Sucorinvest Money Market Fund pada bulan Maret 2022. Dalam gambar di atas terlihat bahwasanya 68% uang nasabah akan dialokasikan pada obligasi pemerintah atau swasta sementara 31,7% sisanya diletakkan dalam bentuk tabungan dan deposito.
Fund fact sheet ini diterbitkan sebulan sekali. Oleh karena itu, Anda bisa memantau komposisi investasi yang dilakukan oleh manajer investasi dan mengevaluasi hasilnya.
4. Diversifikasi portofolio reksa dana
Tips menghindari kerugian investasi yang selanjutnya adalah mendiversifikasi portofolio reksa dana Anda. Artinya, jangan hanya beli satu instrumen saja untuk satu tujuan investasi.
Tujuannya adalah supaya ketika ada satu instrumen yang mengalami kerugian, Anda masih mempunyai reksa dana lain yang menguntungkan sehingga tidak ada kerugian yang harus Anda tanggung (impas) atau Anda masih bisa mendapatkan keuntungan.
Saat melakukan diversifikasi portofolio, pastikan Anda memilih instrumen yang tingkat risiko dan keuntungannya sesuai dengan tujuan investasi. Misalnya, RDS lebih dominan dibandingkan yang lainnya jika Anda ingin mempersiapkan dana pensiun untuk 30 tahun kedepan atau RDPU untuk mempersiapkan liburan tahun depan.
Hal ini penting sebab sama seperti instrumen investasi lainnya, instrumen ini juga memiliki sistem bunga majemuk. Oleh karena itu, semakin lama investasi semakin besar keuntungannya. Lebih dari itu, reksa dana saham juga memiliki dividen yang bisa Anda kumpulkan dan investasikan ulang dari tahun ke tahun.
Dalam investasi terdapat istilah high risk high return yang berarti semakin besar risiko semakin tinggi potensi imbal hasil yang akan Anda dapatkan. Oleh karena tingkat imbal hasil reksa dana relatif rendah, maka tingkat risiko instrumen investasi ini juga rendah. Tapi itu tidak berarti, investasi di instrumen ini tidak memiliki risiko sama sekali.