Lompat ke konten
Daftar Isi

5 Risiko Investasi Reksa Dana Yang Wajib Dipahami

Risiko Investasi Reksa Dana Yang Wajib Dipahami

Reksa dana seringkali dipahami sebagai salah satu instrumen investasi paling aman untuk investor baru. Hal ini karena dalam mekanisme pengelolaan reksa dana, investor bisa membeli  aset dengan biaya minim dan aset tersebut akan dikelola oleh manajer investasi alih-alih oleh investor itu sendiri. 

Namun demikian, investasi di reksa dana bukan berarti tanpa risiko. Risiko ini tetap harus dipelajari oleh investor supaya hasil investasi mereka bisa maksimal. Berikut ini 5 risiko investasi reksa dana yang wajib dipahami:

1. Risiko Penurunan Nilai

Sama seperti risiko investasi lainnya, reksa dana juga tidak lepas dari risiko penurunan nilai. Risiko penurunan nilai ini juga tercermin pada harga reksa dana. Hanya saja berbeda dengan saham, penurunan harga reksa dana tidak hanya semata mata dipengaruhi oleh perubahan jumlah permintaan dan penawaran instrumen tersebut. 

Harga reksa dana juga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran instrumen lain yang menjadi komponen NAB. Contoh, untuk reksa dana saham X yang mana mayoritas alokasi asetnya pada saham perusahaan A,B, dan C. Jika harga saham perusahaan A anjlok, maka secara otomatis harga reksa dana X juga ikut turun. 

2. Risiko Likuiditas

Salah satu kekurangan investasi reksa dana dibandingkan dengan investasi deposito adalah tingkat likuiditas reksa dana lebih rendah daripada deposito. Artinya, Anda perlu waktu lebih lama untuk mencairkan reksa dana dibandingkan deposito. 

Hal ini karena dalam proses pencairan reksa dana, manajer investasi perlu melakukan perdagangan di bursa, menghubungi pihak kustodian dan lain-lain sehingga pada umumnya reksa dana baru bisa dicairkan 2 sampai 7 hari kerja tergantung jenisnya. 

Periode ini tentu akan lebih lama jika manajer investasi mengalami keterlambatan atau Anda mencairkan aset dari instrumen tersebut menjelang tanggal merah maupun weekend. 

3. Risiko Gagal Bayar (Wanprestasi)

Meskipun dikelola oleh orang-orang ahli, bukan berarti reksa dana bisa bebas dari risiko gagal bayar. Ini terjadi apabila perusahaan atau emiten tempat manajer investasi menaruh aset tidak bisa memberikan keuntungan sebagaimana yang dijanjikan. 

Contohnya, reksa dana saham X berinvestasi di perusahaan A,B dan C. Biasanya, setiap satu tahun sekali perusahaan B membagikan dividen untuk para investor termasuk untuk manajer investasi. Namun karena pandemi, tahun 2020 perusahaan B tidak bisa memberikan dividen. Akibatnya, manajer investasi juga tidak bisa membayar dividen para investor dari reksa dana yang mereka kelola. 

4. Risiko Ekonomi dan Politik

Dari contoh nomor 3 di atas, terlihat bahwasanya investasi di reksa dana juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan politik nasional maupun internasional. Sebab, kondisi politik dan ekonomi pasti mempengaruhi kinerja emiten dan preferensi investor dalam melakukan investasi. 

Contohnya, kondisi pademi covid19 membuat jumlah investor ritel dari kalangan anak muda meningkat karena meskipun ekonomi sedang sulit, pada masa pandemi ini generasi muda mulai menyadari pentingnya pengelolaan keuangan dan uang darurat. Akibatnya, banyak diantara mereka yang menekan pengeluaran dan mengalihkan alokasi pengeluaran tersebut untuk berinvestasi di reksa dana.

5. Risiko Pertanggungan Harta

Secara fisik, aset dari investor disimpan di bank kustodian sehingga apabila bank kustodian tersebut dirampok, datanya diretas (hack) atau mesinnya error, tidak menutup kemungkinan jika aset milik nasabah akan hilang. 

Akan tetapi, Anda tidak perlu risau. Sebab, umumnya aset nasabah sudah diasuransikan oleh bank kustodian. Jadi jika suatu yang tidak diinginkan terjadi, Anda masih bisa mendapatkan aset milik Anda kembali. 

Manajemen Risiko Reksa Dana

Dengan berbagai risiko di atas, tentunya Anda akan berpikir bagaimana cara untuk mengatur risiko investasi di reksa dana. Berikut ini beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk meminimalisir risiko-risiko tersebut:

1. Investasi Menggunakan “Uang Dingin”

Hindari menggunakan uang pinjaman dalam bentuk apapun untuk berinvestasi. Sebab hal ini akan meningkatkan risiko yang harus Anda tanggung. Jika menggunakan uang pinjaman, Anda tetap harus mengembalikan uang tersebut beserta bunganya meskipun investasi yang Anda lakukan gagal total. 

2. Memilih Manajer Investasi dan Bank Kustodian Terbaik

Cara memilih manajer investasi dan bank kustodian terbaik adalah dengan memeriksa legalitas kedua institusi ini, melihat expense ratio dari aset yang dikelola oleh manajer investasi dan memeriksa rekam jejak kedua institusi tersebut. Semakin kredibel manajemen investasi dan bank kustodian yang Anda pilih, maka semakin aman pula aset investasi Anda.

Agar aman, gunakan aplikasi reksa dana terbaik yang sudah terdaftar OJK dan memiliki reputasi baik.

3. Diversifikasi Portofolio

Dengan melakukan diversifikasi pada portofolio investasi, Anda tidak hanya dapat meminimalisir risiko kerugian akibat penurunan nilai dan wanprestasi tetapi juga membantu Anda mengatasi masalah likuiditas. 

Misalnya, Anda punya uang 1.000.000 rupiah untuk berinvestasi di reksa dana. Anda bisa membaginya menjadi 3 tergantung dengan tujuan dan tingkat likuiditas reksa dana tersebut. 350.000 di reksa dana saham untuk kepentingan jangka panjang, 350.000 di reksa dana obligasi untuk kepentingan jangka menengah dan 400.000 di reksa dana pasar uang untuk kebutuhan jangka pendek. 

Ini karena proses pencairan reksa dana pasar uang cenderung lebih cepat dibandingkan reksa dana jenis lainnya (biasanya 2 hari kerja). Risiko reksa dana pasar uang juga relatif lebih rendah dibandingkan reksa dana jenis lain sehingga reksa dana ini cocok untuk keperluan jangka pendek. 

Selain diversifikasi portofolio reksa dana, Anda juga bisa membeli instrumen lain di luar reksa dana sebagai alternatif investasi. Contohnya, selain reksa dana, Anda juga bisa masuk investasi deposito. Risikonya sama-sama rendah tapi proses pencairannya lebih cepat sehingga lebih cocok untuk kebutuhan darurat dibandingkan reksa dana. 

4. Rajin Mengikuti Berita Investasi, Ekonomi dan Politik Dalam Maupun Luar Negeri

Seringkali risiko ekonomi politik dianggap sebagai force majeure atau risiko yang datang tanpa teduga. Namun bukan berarti risiko jenis ini tidak dapat diperkirakan atau diprediksi. Oleh sebab itu, sebagai investor yang baik pastikan Anda tetap up to date dengan informasi-informasi terkait hal ini sehingga lama kelamaan Anda dapat mengidentifikasi apa pengaruh faktor ekonomi politik tertentu terhadap investasi. 

Dengan demikian, Anda bisa menentukan keputusan dan strategi investasi yang lebih tepat. 

Nah, itu tadi 5 risiko investasi reksa dana yang patut untuk dipahami dan cara mengatasinya. Reksa dana adalah instrumen yang tepat untuk Anda yang baru mulai berinvestasi sebab aset akan dikelola oleh manajer investasi.

Akan tetapi, bukan berarti setelah membeli reksa dana Anda tidak perlu melakukan apapun. Tetap belajar bagaimana cara manajemen risiko investasi dan terus up to date dengan berita-berita investasi, ekonomi dan politik supaya investasi reksa dana Anda bisa berkesinambungan dari hari ini sampai hari tua Anda nanti. Selamat mencoba!

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *