Lompat ke konten
Daftar Isi

Contoh Analisis Teknikal Saham

Contoh analisis teknikal saham

Analisis teknikal adalah salah satu analisis yang wajib diperhatikan oleh setiap investor saham. Sebab analisis ini akan membantu investor dalam menentukan waktu yang tepat untuk menjual dan membeli aset tersebut. 

Berbeda dengan analisis fundamental yang diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan sebuah perusahaan, analisis teknikal didapatkan dari penghitungan matematis berbagai variabel yang tampil dalam grafik harga saham tersebut. 

Variabel-variabel yang diperhitungkan disini adalah volume dan harga jual beli, tingkat likuiditas saham serta waktu analisis. Untuk memudahkan para trader atau investor dalam menganalisis, umumnya data dari variabel-variabel ini digabung dalam sebuah candlestick.

Candlestick berwarna merah menunjukkan penurunan sedangkan yang berwarna hijau menunjukkan peningkatan. Berikut ini beberapa contoh analisis teknikal saham yang umumnya diaplikasikan oleh investor dan trader aset ini. 

1. Moving Average

Moving average adalah salah satu analisis teknikal yang paling banyak digunakan karena paling mudah. Caranya adalah menarik garis trend antara rata-rata harga penutupan saham pada satu periode tertentu dengan rata-rata harga penutupan saham pada periode lainnya. 

Umumnya periode yang digunakan adalah 5 hari kerja (1 minggu), 20 hari kerja (1 bulan) hingga 120 hari kerja bursa (6 bulan). Tujuan penerapan analisis ini adalah untuk memvalidasi tren dan menentukan titik support dan resistance supaya jauh dari titik outlier (standar deviasi). 

Berikut ini contoh sederhana analisis moving average:

Diketahui, berikut ini riwayat harga penutupan sebuah saham dalam beberapa hari terakhir:

TanggalHarga
115
210
313
412
511
6tutup
7tutup
810
912
1013
1114
1215
13tutup
14tutup
1516
1617
1719
1818
1915
Tabel 1: Contoh moving average

Maka moving average 5 hari pertamanya adalah: (15+10+13+12+11)/5 =12,1 dan nilai moving average 5 hari keduanya adalah: (10+12+13+14+15)/5=12,8 begitu seterusnya. 

Untuk menghasilkan sinyal beli dan sinyal jual yang akurat, umumnya trader tidak hanya menggunakan 1 rentang waktu saja melainkan dua rentang waktu sekaligus. Garis hasil analisis moving average ini kemudian akan tampil bersisian dengan grafik harga. Ketika garis MA dan garis harga berpotongan, berarti ada sinyal tertentu.

2. Moving Average Convergence Divergence (MACD)

Sedikit berbeda dengan moving average di atas, moving average convergence divergence adalah indikator teknis yang menggunakan exponential moving average (EMA) untuk menentukan sinyal jual dan sinyal beli. 

Exponential moving average (EMA) adalah salah satu jenis moving average yang ditambahi pembobotan pada nilai perubahan harga terkini dengan tujuan untuk mengeliminasi sinyal palsu. 

Untuk mencari nilai MACD, Anda perlu mengurangi nilai exponential moving average (EMA) periode 12 hari dari sebuah saham dengan exponential moving average (EMA) periode 26 hari saham tersebut. Sehingga, rumus MACD adalah:

MACD= 12 hari EMA- 26 hari EMA

Contoh Moving Average Convergence Divergence
Gamber 1: Contoh Moving Average Convergence Divergence. Sumber: Investopedia

Gambar diatas adalah gambar contoh penerapan MACD dalam jual beli saham. Di grafik bagian bawah terdapat dua garis yaitu garis yang berwarna biru dan garis yang berwarna orange. 

Garis berwarna biru menunjukkan nilai MACD yang positif (ketika 12 hari EMA lebih besar dari 26 hari EMA) sementara garis orange menunjukkan garis sinyal. Dilansir dari laman Investopedia, apabila kedua garis ini berpotongan satu sama lain, maka itu adalah sinyal beli untuk para investor atau trader. 

3. Relative Strength Index (RSI)

Dalam mekanisme trading saham adakalanya saham tersebut terlalu banyak laku padahal fundamentalnya tidak seberapa (overbought) atau kurang laku padahal fundamentalnya bagus (oversold atau undervalued). Indikator yang banyak dipakai untuk mengukur hal ini adalah indikator relative strength index (RSI). 

Indikator RSI adalah salah satu indikator teknis dasar yang sudah banyak tersedia di berbagai platform trading. Biasanya, hasil indikator ini muncul secara otomatis sebagai grafik tambahan di bawah grafik harga. 

Para trader menilai apabila nilai RSI mencapai 70 atau di atas 70, maka saham atau aset terkait termasuk overbought. Namun apabila nilai RSI mencapai 30 atau lebih rendah, maka saham tersebut bersifat oversold atau undervalued

Baik skor RSI yang overbought atau oversold dapat mengindikasikan adanya potensi reversal. Namun, agar hasil analisisnya lebih pasti, jangan lupa untuk melakukan analisis fundamental juga ya. 

4. Indikator Stochastic

Indikator stochastic adalah indikator yang membandingkan harga penutupan terbaru dari sebuah aset dengan harga penutupan aset tersebut sebelum-sebelumnya. Untuk mengetahui nilai indikator ini, umumnya para trader menggunakan periode 14 hari perdagangan. 

Sama seperti indikator RSI, indikator ini juga tampil sebagai oscillator atau grafik tambahan di bawah grafik harga. Range nilai indikator ini juga antara 0-100 dimana skor 20 dianggap sebagai oversold dan skor 80 sebagai overbought. Rumus indikator ini adalah:

Stochastic Indicator= (C-L14/H14-L14) x 100. 

Dimana:

C= Harga penutupan terkini sebuah aset.

L14= Harga penutupan terendah dari aset tersebut selama 14 hari. 

H14= Harga penutupan tertinggi dari aset tersebut selama 14 hari. 

Hasil indikator ini juga bisa mengindikasikan adanya potensi reversal pattern. Akan tetapi, Anda perlu hati-hati sebab trend pasar yang begitu kuat bisa jadi mencegah adanya trend reversal ini. 

5. Bollinger Bands

Bollinger bands adalah indikator teknis yang berupa dua garis yang menunjukkan trend standar deviasi harga sebuah saham. Jadi, jika Anda menggunakan indikator ini, Anda akan mendapati 3 garis tambahan selain garis harga. 

Garis pertama adalah garis simple moving average yang telah dijelaskan pada poin pertama di atas, garis kedua adalah garis upper band dan garis yang ketiga adalah garis lower band. Garis upper band dan lower band adalah garis yang menggambarkan trend standar deviasi moving average masing-masing standar deviasi tinggi dan standar deviasi terendah. Kedua garis ini akan terletak di bagian atas dan bawah grafik harga. Adapun periode waktu yang digunakan dalam menggunakan indikator ini umumnya adalah 10 hari, 20 hari dan 50 hari. 

Garis bollinger band dapat membantu investor untuk menunjukkan beberapa hal seperti, perkiraan sebuah trend akan berakhir, mengidentifikasi potensi keuntungan yang bisa diambil dan lain sebagainya. Maka tidak heran apabila indikator ini seringkali dipakai oleh para scalper atau trader yang mengambil keuntungan dari perubahan harga dalam waktu yang sangat pendek. 

Nah, itu tadi pembahasan mengenai contoh analisis teknikal saham. Semua indikator di atas sudah tersedia di setiap software trading. Akan tetapi, tentu untuk bisa membuat keputusan yang tepat, Anda harus mempelajari konsep-konsep dasar dari indikator tersebut. Pastinya akan percuma jika garis indikatornya sudah terpajang secara otomatis tapi Anda tidak tahu maksudnya apa. 

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *