Analisis teknikal adalah analisis pergerakan harga saham menggunakan riwayat data harga saham tersebut. Data-data ini kemudian diolah menggunakan berbagai rumus matematika dan statistik, seperti rata-rata (average) untuk membantu investor dan trader dalam menentukan keputusan.
Analisis ini umumnya digunakan oleh trader dan investor untuk investasi jangka pendek dan menengah, entah itu scalping (trading dalam satuan menit), day trading maupun swing trading (trading dalam satuan mingguan). Tidak hanya pada saham, umumnya analisis teknik ini juga digunakan pada trading aset lain, seperti forex, maupun trading komoditas.
Berikut ini contoh analisis teknikal saham untuk pemula:
Konsep Dasar Analisis Teknikal Saham
Dalam menggunakan analisis teknis, entah itu untuk saham maupun aset lainnya, terdapat 3 konsep atau asumsi dasar yang harus Anda pahami, yaitu:
- The market discounts everything. Dalam asumsi ini, pergerakan harga saham maupun instrumen investasi lainnya sudah mencerminkan pengaruh semua faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan harga saham entah itu faktor yang bersifat fundamental, seperti kondisi keuangan, maupun faktor yang bersifat rumor dan sentimen, seperti kondisi ekonomi.
- Prices move in trends. Pergerakan harga dari waktu ke waktu akan membentuk trend tertentu, baik itu bullish maupun bearish. Tugas investor adalah memperkirakan potensi pergerakan trend ini.
- History repeats itself. Salah satu tujuan utama analisis teknikal saham adalah memperkirakan perilaku investor atau trader lain atau pasar secara keseluruhan apabila ada faktor tertentu yang dapat mengubah harga saham tersebut. Nah, untuk menganalisis perilaku investor ini, Anda bisa melihat sejarah, tentunya dengan asumsi bahwa sejarah akan terulang. Misalnya, adanya trend peningkatan IHSG menjelang pemilu selama 4 pemilu terakhir, maka dengan kepercayaan ini, Anda bisa lebih yakin kalau pada pemilu mendatang, IHSG juga berpotensi naik.
Tujuan Analisis Teknikal Saham
Tujuan utama analisis teknikal saham adalah memperkirakan respon pasar terhadap adanya suatu isu atau faktor tertentu yang berkaitan dengan saham. Namun demikian, tujuan ini dapat dirinci kembali menjadi tujuan teknikal analisis saham adalah untuk menentukan titik entry (saat yang tepat untuk membeli saham) dan titik exit (saat yang tepat untuk menjual saham) untuk mendapatkan keuntungan maksimal dan meminimalisir kerugian.
Misalnya, dengan teknik analisis saham ini, Anda bisa mengetahui bahwasanya harga suatu saham yang sebelumnya terus menerus naik akan berpotensi turun dalam waktu dekat. Oleh karena itu, Anda mempersiapkan diri untuk menjual saham tersebut.
Namun demikian, analisis teknikal saham sudah selayaknya tetap didampingi dengan analisis fundamental. Khususnya jika Anda ingin berinvestasi dalam jangka panjang pada instrumen investasi ini. Hal ini karena adanya kemungkinan misinformasi mengenai perilaku pasar, seperti adanya oknum trader yang berusaha mendongkrak harga atau adanya broker besar yang memborong saham tersebut.
4 Tools Dasar dalam Analisis Teknikal Saham
1. Chart dan candlestick
Pergerakan harga dalam investasi saham akan ditampilkan dalam sebuah chart. Sumbu x (horizontal) chart tersebut akan menampilkan waktu atau tanggal, sementara sumbu y (vertikal) akan menampilkan pergerakan harga dalam satu hari.
Titik-titik yang menghubungkan titik x dan titik y dalam analisis teknikal saham akan ditampilkan dalam berbagai bentuk grafik, salah satu yang paling terkenal adalah candlestick atau grafik lilin. Metode analisis saham menggunakan grafik lilin terkenal karena dengan grafik ini, investor dapat mengetahui volume perdagangan dan rentang harga perdagangan dalam satu hari, potensi trend dan berbagai pola trend yang menarik dan bermanfaat, misalnya candlestick doji atau candle stick hammer.
2. Garis trend
Pergerakan harga saham dari waktu ke waktu akan membentuk sebuah garis trend. Trend harga saham dapat disebut naik apabila harga tertinggi pada suatu periode waktu tertentu lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya (higher high). Sebaliknya, trend harga saham dapat disebut menurun apabila harga terendah pada suatu periode waktu tertentu lebih rendah dibandingkan dengan periode waktu sebelumnya.
Trend harga saham inilah yang sebaiknya diketahui dan dimanfaatkan oleh investor maupun trader. Misalnya, trader dengan tipe short seller dapat memanfaatkan trend penurunan harga saham untuk mendapatkan keuntungan maksimal.
3. Support dan resistance
Garis trend harga saham maupun instrumen investasi lainnya dapat dibagi menjadi dua lagi menurut letak garis tersebut. Jenis yang pertama adalah garis support, yaitu garis yang menghubungkan titik harga terendah dari suatu saham dari satu periode ke periode waktu selanjutnya dan garis resistance yaitu garis yang menghubungkan titik harga tertinggi suatu saham dari satu periode ke periode lainnya.
Support dan resistance adalah dua garis penting dalam teknikal analisis saham, karena dengan dua garis ini, Anda bisa menentukan kapan harus membeli atau menjual instrumen investasi tersebut, entah itu dengan mengidentifikasi breakout maupun dengan mengamati pola kedua garis ini (lihat naked chart trading).
Selain menggunakan garis trend biasa, Anda juga bisa menggunakan indikator lain yang lebih advance, seperti fibonacci retracement.
4. Indikator teknis
Salah satu tools dasar dalam analisis teknikal saham adalah indikator teknis. Indikator ini terbentuk berdasarkan data-data harga yang telah diolah menggunakan berbagai rumus matematika dan statistika. Indikator moving average misalnya, menggunakan data-data harga yang diolah menggunakan rumus rata-rata bergerak.
Setiap indikator teknis bisa menghasilkan sinyal trading yang berbeda tergantung dengan data dan rumus yang dimasukkan. Anda tidak perlu khawatir, sebab saat ini banyak platform trading dan investasi saham yang sudah dilengkapi dengan indikator teknis yang lengkap dan otomatis, sehingga Anda tidak perlu menghitungnya secara mandiri.
Contoh Indikator Analisis Teknikal Saham yang Paling Populer
1. Moving Average
Moving average adalah salah satu analisis teknikal yang paling banyak digunakan karena paling mudah. Caranya adalah menarik garis trend antara rata-rata harga penutupan saham pada satu periode tertentu dengan rata-rata harga penutupan saham pada periode lainnya.
Umumnya periode yang digunakan adalah 5 hari kerja (1 minggu), 20 hari kerja (1 bulan) hingga 120 hari kerja bursa (6 bulan). Tujuan penerapan analisis ini adalah untuk memvalidasi tren dan menentukan titik support dan resistance supaya jauh dari titik outlier (standar deviasi).
Berikut ini contoh sederhana analisis moving average:
Diketahui, berikut ini riwayat harga penutupan sebuah saham dalam beberapa hari terakhir:
Tanggal | Harga |
1 | 15 |
2 | 10 |
3 | 13 |
4 | 12 |
5 | 11 |
6 | tutup |
7 | tutup |
8 | 10 |
9 | 12 |
10 | 13 |
11 | 14 |
12 | 15 |
13 | tutup |
14 | tutup |
15 | 16 |
16 | 17 |
17 | 19 |
18 | 18 |
19 | 15 |
Maka moving average 5 hari pertamanya adalah: (15+10+13+12+11)/5 =12,1 dan nilai moving average 5 hari keduanya adalah: (10+12+13+14+15)/5=12,8 begitu seterusnya.
Untuk menghasilkan sinyal beli dan sinyal jual yang akurat, umumnya trader tidak hanya menggunakan 1 rentang waktu saja melainkan dua rentang waktu sekaligus. Garis hasil analisis moving average ini kemudian akan tampil bersisian dengan grafik harga. Ketika garis MA dan garis harga berpotongan, berarti ada sinyal tertentu.
2. Moving Average Convergence Divergence (MACD)
Sedikit berbeda dengan moving average di atas, moving average convergence divergence adalah indikator teknis yang menggunakan exponential moving average (EMA) untuk menentukan sinyal jual dan sinyal beli.
Exponential moving average (EMA) adalah salah satu jenis moving average yang ditambahi pembobotan pada nilai perubahan harga terkini dengan tujuan untuk mengeliminasi sinyal palsu.
Untuk mencari nilai MACD, Anda perlu mengurangi nilai exponential moving average (EMA) periode 12 hari dari sebuah saham dengan exponential moving average (EMA) periode 26 hari saham tersebut. Sehingga, rumus MACD adalah:
MACD= 12 hari EMA- 26 hari EMA
Gambar diatas adalah gambar contoh penerapan MACD dalam jual beli saham. Di grafik bagian bawah terdapat dua garis yaitu garis yang berwarna biru dan garis yang berwarna orange. Garis berwarna biru menunjukkan nilai MACD yang positif (ketika 12 hari EMA lebih besar dari 26 hari EMA) sementara garis orange menunjukkan garis sinyal. Dilansir dari laman Investopedia, apabila kedua garis ini berpotongan satu sama lain, maka itu adalah sinyal beli untuk para investor atau trader.
Gambar diatas adalah gambar contoh penerapan MACD dalam jual beli saham. Di grafik bagian bawah terdapat dua garis yaitu garis yang berwarna biru dan garis yang berwarna orange.
Garis berwarna biru menunjukkan nilai MACD yang positif (ketika 12 hari EMA lebih besar dari 26 hari EMA) sementara garis orange menunjukkan garis sinyal. Dilansir dari laman Investopedia, apabila kedua garis ini berpotongan satu sama lain, maka itu adalah sinyal beli untuk para investor atau trader.
3. Relative Strength Index (RSI)
Dalam mekanisme trading saham adakalanya saham tersebut terlalu banyak laku padahal fundamentalnya tidak seberapa (overbought) atau kurang laku padahal fundamentalnya bagus (oversold atau undervalued). Indikator yang banyak dipakai untuk mengukur hal ini adalah indikator relative strength index (RSI).
Indikator RSI adalah salah satu indikator teknis dasar yang sudah banyak tersedia di berbagai platform trading. Biasanya, hasil indikator ini muncul secara otomatis sebagai grafik tambahan di bawah grafik harga.
Para trader menilai apabila nilai RSI mencapai 70 atau di atas 70, maka saham atau aset terkait termasuk overbought. Namun apabila nilai RSI mencapai 30 atau lebih rendah, maka saham tersebut bersifat oversold atau undervalued.
Baik skor RSI yang overbought atau oversold dapat mengindikasikan adanya potensi reversal. Namun, agar hasil analisisnya lebih pasti, jangan lupa untuk melakukan analisis fundamental juga ya.
4. Indikator Stochastic
Indikator stochastic adalah indikator yang membandingkan harga penutupan terbaru dari sebuah aset dengan harga penutupan aset tersebut sebelum-sebelumnya. Untuk mengetahui nilai indikator ini, umumnya para trader menggunakan periode 14 hari perdagangan.
Sama seperti indikator RSI, indikator ini juga tampil sebagai oscillator atau grafik tambahan di bawah grafik harga. Range nilai indikator ini juga antara 0-100 dimana skor 20 dianggap sebagai oversold dan skor 80 sebagai overbought. Rumus indikator ini adalah:
Stochastic Indicator= (C-L14/H14-L14) x 100.
Dimana:
C= Harga penutupan terkini sebuah aset.
L14= Harga penutupan terendah dari aset tersebut selama 14 hari.
H14= Harga penutupan tertinggi dari aset tersebut selama 14 hari.
Hasil indikator ini juga bisa mengindikasikan adanya potensi reversal pattern. Akan tetapi, Anda perlu hati-hati sebab trend pasar yang begitu kuat bisa jadi mencegah adanya trend reversal ini.
5. Bollinger Bands
Bollinger bands adalah indikator teknis yang berupa dua garis yang menunjukkan trend standar deviasi harga sebuah saham. Jadi, jika Anda menggunakan indikator ini, Anda akan mendapati 3 garis tambahan selain garis harga.
Garis pertama adalah garis simple moving average yang telah dijelaskan pada poin pertama di atas, garis kedua adalah garis upper band dan garis yang ketiga adalah garis lower band. Garis upper band dan lower band adalah garis yang menggambarkan trend standar deviasi moving average masing-masing standar deviasi tinggi dan standar deviasi terendah. Kedua garis ini akan terletak di bagian atas dan bawah grafik harga. Adapun periode waktu yang digunakan dalam menggunakan indikator ini umumnya adalah 10 hari, 20 hari dan 50 hari.
Garis bollinger band dapat membantu investor untuk menunjukkan beberapa hal seperti, perkiraan sebuah trend akan berakhir, mengidentifikasi potensi keuntungan yang bisa diambil dan lain sebagainya. Maka tidak heran apabila indikator ini seringkali dipakai oleh para scalper atau trader yang mengambil keuntungan dari perubahan harga dalam waktu yang sangat pendek.
Nah, itu tadi pembahasan mengenai contoh analisis teknikal saham. Semua indikator di atas sudah tersedia di setiap software trading. Akan tetapi, tentu untuk bisa membuat keputusan yang tepat, Anda harus mempelajari konsep-konsep dasar dari indikator tersebut. Pastinya akan percuma jika garis indikatornya sudah terpajang secara otomatis tapi Anda tidak tahu maksudnya apa.
Untuk mengetahui bagaimana indikator-indikator di atas digunakan dalam menentukan titik jual dan titik beli, Anda bisa membuka tautan berikut ini:
Cara menggunakan analisis teknikal saham bagi pemula
Selamat mencoba.