Lompat ke konten
Daftar Isi

Growth Investing: Pengertian, Strategi, Cara Memulai

growth investing

Investasi tidak hanya melulu soal memaksimalkan keuntungan, namun bisa juga termasuk bagaimana cara Anda menilai sebuah bisnis dan memperkirakan apakah bisnis tersebut bisa tumbuh dengan baik. Sebab, ada kalanya investor memiliki rasa bangga tersendiri apabila bisa membantu perusahaan berkembang dari yang awalnya hanya perusahaan kecil menjadi perusahaan besar. 

Mindset seperti ini ada pada seorang growth investor. Growth investor adalah orang-orang yang berinvestasi pada sebuah perusahaan yang valuasinya diperkirakan akan naik terlepas dari besar kecilnya harga saham tersebut dan cepat atau lambatnya perusahaan tersebut untuk menjadi perusahaan besar. 

Pengertian Growth Investing

Growth investing adalah gaya berinvestasi yang berfokus kepada pertumbuhan nilai kapital. Biasanya, investor yang memiliki gaya investasi ini cenderung berinvestasi pada saham perusahaan yang sedang tumbuh dan diperkirakan akan menjadi perusahaan besar beberapa tahun kemudian. 

Meskipun strategi ini memungkinkan investor untuk membeli saham dalam harga murah dan menjualnya ketika harganya sudah mahal, namun strategi growth investing memiliki risiko yang cukup tinggi. Alasannya adalah sebuah perusahaan kecil belum tentu bisa menjadi besar meskipun investor sudah menghitung peluang investasinya secara matang. 

Growth investing berkebalikan dengan value investing. Dalam strategi investasi ini, investor dituntut untuk memiliki time horizon yang panjang dan fokus pada bisnis yang sedang tumbuh melalui intrinsic value.

Keuntungan growth investing utamanya berasal dari capital gain, bukan dividen. Hal ini karena mereka memilih perusahaan yang sedang fokus pada pertumbuhan sehingga tidak sempat membagikan dividen dan sedang ekspansif untuk mencari kepercayaan dari investor lainnya. Perusahaan ini bisa jadi merupakan perusahaan yang baru berdiri atau baru listing di bursa. 

Saat ini Anda tidak hanya bisa menjadi growth investor secara individu saja. Anda juga bisa menjadi growth investor dengan bergabung ke perusahaan venture capital. Dalam perusahaan tersebut modal yang Anda setorkan akan digabung dengan investor lainnya untuk dialokasikan kepada perusahaan-perusahaan startup terpilih. Contoh perusahaan venture capital ini seperti, East Ventures, Sequoia Capital, Alpha JWC Ventures dan lain sebagainya. 

Kelebihan Strategi Growth Investing

1. Potensi keuntungan yang tinggi

Kelebihan strategi growth investing yang pertama tentu saja potensi keuntungan yang tinggi. Seperti yang telah tertulis di atas, strategi ini memungkinkan Anda untuk membeli saham dengan harga rendah dan menjualnya kembali dengan harga tinggi sehingga kemungkinan untungnya juga tinggi. 

Misalnya, pada tahun 2005 Anda membeli saham Indofood Sukses Makmur (INDF) sebanyak 1000 lembar. Ketika itu, harga per lembar salah satu saham Salim Group ini hanya 727 rupiah per lembarnya atau total modal yang harus Anda keluarkan adalah 727.000. Saat ini harga saham blue chip ini adalah 6.825 per lembar. Ini artinya, Anda akan mendapatkan keuntungan sebesar 6.098.000 (6.825.000-727.000). 

2. Mendukung perusahaan kecil

Keuntungan investasi tidak selalu terletak pada uang. Ada kalanya seorang investor akan merasa bangga kalau bisa melihat perusahaan kecil yang dibantu mendapatkan kesuksesan. Hal ini karena tidak banyak perusahaan rintisan (startup) yang berhasil menjadi perusahaan besar setelah beberapa tahun didirikan. 

Masalahnya tidak hanya terletak di permodalan, tetapi juga ikatan dan komunikasi di antara para founder, kemampuan manajemen perusahaan hingga masalah ekonomi eksternal. Oleh sebab itu, growth investor patut berbahagia kalau perusahaan kecil yang dibantunya berhasil tumbuh besar. 

Risiko Growth Investor

High risk high return. Tidak ada instrumen investasi yang memiliki potensi keuntungan yang tinggi dengan tanpa risiko yang tinggi pula. Risiko utama menjadi seorang growth investor adalah ketika perusahaan tempatnya berinvestasi tidak bisa tumbuh besar sebagaimana yang diharapkan. 

Bahkan menurut beberapa sumber, rata-rata 90% startup gagal tumbuh. Bahkan startup yang dibiayai oleh perusahaan venture capital yang notabene berisi orang-orang yang ahli di bidangnya. Oleh sebab itu, pastikan Anda memilih perusahaan yang akan dibantu dengan hati-hati.

Hal-Hal Yang Harus Dipertimbangkan Growth Investor

1. Riwayat earning per share perusahaan

Hal pertama yang harus dilihat oleh seorang growth investor adalah riwayat earning per share (EPS) atau laba per saham yang dilaporkan oleh perusahaan. Semakin tinggi nilai EPS sebuah perusahaan dalam 5-10 tahun terakhir, maka semakin tinggi pula peluang keuntungan yang akan diperoleh investor dalam 5-10 tahun kedepan. 

Selain itu, data EPS yang bertumbuh juga menandakan bahwa pertumbuhan laba perusahaan tersebut cukup stabil terlepas dari jumlah saham yang beredar. Data mengenai EPS ini dapat Anda peroleh di laporan laba rugi perusahaan. 

Lalu, berapakah nilai EPS growth stock (saham yang sedang tumbuh) yang ideal? Well, secara natural nilai EPS akan semakin besar seiring dengan membesarnya nilai valuasi perusahaan. Oleh sebab itu, sebaiknya Anda mematok 7%-12% untuk perusahaan dengan valuasi sekitar 400 juta USD dan 5% untuk perusahaan dengan nilai valuasi sekitar 4 miliar USD. 

2. Potensi peningkatan pendapatan yang kuat

Seorang growth investor, apalagi jika Anda adalah growth investor individu, harus ditemani oleh ahli analis saham (equity analyst). Sebab, equity analyst tersebut akan membantu Anda memperkirakan potensi peningkatan pendapatan sebuah perusahaan berdasarkan data-data yang ada termasuk dari laporan keuangan perusahaan, kondisi bisnis secara keseluruhan dan lain sebagainya. 

3. Profit margin

Profit margin adalah variabel penting yang harus Anda perhatikan saat memilih perusahaan yang sedang berkembang. Alasannya adalah, perusahaan yang sedang berkembang seringkali meningkatkan penjualan atau pendapatan dengan kontrol biaya yang buruk.

Dalam istilah startup saat ini, perusahaan yang berkembang cenderung burning cash atau memberikan diskon besar untuk meningkatkan penjualan dengan tanpa diiringi kontrol biaya yang bagus. Akibatnya, startup saat ini jarang sekali yang sudah mendapatkan profit. 

Profit margin diperoleh dari total penjualan dikurangi biaya operasional (belum termasuk pajak dan biaya lain), lalu dibagi dengan total penjualan. Data mengenai penjualan dan biaya operasional ini bisa Anda dapatkan di laporan laba rugi perusahaan. 

4. Return on Equity

Matriks keuangan lain yang harus diperhatikan saat memilih perusahaan yang sedang berkembang adalah return on equity (ROE). Variabel ini memperhitungkan potensi return yang akan diperoleh investor dari keuntungan (profit) yang ada. 

Anda dapat membandingkan nilai ROE yang ditampilkan perusahaan saat ini dengan nilai rata-rata ROE perusahaan tersebut dalam 5 tahun sebelumnya. Anda juga bisa melihat nilai ROE perusahaan dan membandingkannya dengan perusahaan lain yang berada pada industri yang sama untuk mengetahui kualitas perusahaan tersebut. 

5. Perkembangan harga saham dalam 5 tahun terakhir

Menurut publikasi di laman Investopedia, saham sebuah perusahaan dikatakan sebagai growth stock apabila harganya bisa meningkat hingga dua kali lipat dalam 5 tahun. Ini artinya, per tahunnya perusahaan tersebut membutuhkan tingkat peningkatan harga saham rata-rata 15%. 

Apabila harga saham perusahaan tersebut tidak bisa meningkat hingga 2 kali lipat dalam 5 tahun, maka bisa jadi perusahaan tersebut bukan merupakan perusahaan yang sedang bertumbuh. 

Cara Memulai Growth Investing 

1. Menganalisis matriks keuangan di atas

Cara pertama untuk memulai growth investing adalah dengan menganalisis 5 matriks keuangan di atas: EPS per share dalam 5 tahun, potensi peningkatan EPS, profit margin, ROE dan perkembangan harga saham.

Untuk perusahaan yang sudah go public, Anda bisa mendapatkan laporan-laporan tersebut dari laman resmi perusahaan atau dari laman resmi Bursa Efek Indonesia. Perlu diingat bahwasanya perusahaan wajib melaporkan data keuangannya setiap tiga bulan sekali dan satu tahun. Jadi, tentukan apakah Anda ingin mengambil data keuangan tahunan atau data keuangan kuartalan. 

2. Bergabung dengan komunitas atau lembaga

Salah satu kelemahan jika Anda hanya melakukan cara pertama di atas adalah, Anda hanya bisa mengakses laporan keuangan dari perusahaan publik. Anda tidak akan bisa mengakses laporan keuangan perusahaan yang masih private apalagi yang masih pada level seed (akar rumput) apabila Anda tidak bergabung dengan komunitas atau lembaga. 

Dalam hal ini, Anda bisa bergabung dengan venture capitalist atau mengikuti program inkubasi startup. Baik dalam mekanisme VC maupun program inkubasi, perusahaan yang ingin mendapatkan tambahan permodalan harus melakukan presentasi sehingga Anda akan mendapatkan laporan keuangan perusahaan tersebut beserta rincian bisnisnya. 

3. Memahami model bisnis perusahaan

Meskipun seorang growth investor harus ditemani dengan equity analyst, Anda juga harus bisa memahami model bisnis perusahaan secara keseluruhan supaya tidak salah berinvestasi. 

Model bisnis termasuk produk apa yang ditawarkan perusahaan, teknologi apa yang digunakan, bagaimana cara perusahaan memproduksi dan mendistribusikan produk tersebut serta bagaimana produk itu bisa menjadi solusi permasalahan yang ada di masyarakat. 

Hal ini penting sebab tentunya Anda tidak ingin berinvestasi di perusahaan yang produknya inovatif tapi sama sekali tidak dibutuhkan oleh masyarakat bukan?

Growth Investor Terkenal

  1. Thomas Rowe Junior, pendiri T. Rowe Price Associates, perusahaan yang merilis reksa dana saham T. Rowe Price Growth Stock Fund. T. Rowe Price Growth Stock Fund terbukti mampu menghadirkan pertumbuhan nilai unit hingga 15% dalam 22 tahun terakhir.
  2. Peter Lynch, pendiri Magellan Fund dan Fidelity Investment. Selain mendirikan dua perusahaan terkemuka tersebut, Lynch juga mengemukakan ide mengenai campuran gaya growth investing dan value investing yang kemudian dikenal dengan strategi growth at a reasonable price (GARP). 
  3. Philip Fisher, penulis buku investasi Common Stocks and Uncommon Profits. Dalam buku ini, Fisher menjelaskan mengenai konsep growth investing yang dianutnya dan bagaimana keuntungan dari investasi tersebut diperoleh dari hasil networking dan riset yang dia lakukan.

Contoh Saham Yang Termasuk Kategori Growth

Sebuah growth stock harus memiliki beberapa kategori berikut:

  1. Memiliki rata-rata EPS sekitar 5%-12% (tergantung valuasi) dalam 5-10 tahun terakhir.
  2. Memiliki potensi pendapatan yang kuat. 
  3. Memiliki profit margin yang kuat.
  4. Nilai kenaikan harga saham minimal 15% dalam setahun.
  5. Nilai ROE stabil atau bahkan meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Untuk memilih stock growth tentunya dibutuhkan analisis yang dalam.

Namun sebagai contohnya, Anda bisa melihat saham Amazon (AMZN). Pada tahun 2019-2020, nilai price to earning ratio (P/E) ratio perusahaan ini mencapai 70 kali lipat dan diperkirakan dalam beberapa tahun kedepan, pendapatan perusahaan milik Jeff Bezos ini akan meningkat hingga 30% per tahun.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *