Lompat ke konten
Daftar Isi

Passive Income Dari Dividen Saham? Bisa!

Dividen Saham Sebagai Sumber Passive Income

Investasi saham bisa menjadi salah satu cara untuk memperoleh penghasilan pasif. Salah satu cara untuk mendapatkan passive income adalah melalui dividen saham. Dividen adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham sebagai imbalan atas kepemilikan saham.

Namun, sebelum melakukan investasi saham, penting untuk melakukan riset terlebih dahulu. Anda perlu memahami kondisi keuangan perusahaan, prospek bisnis, serta trend harga saham. Dalam hal ini, Anda dapat menggunakan analisis fundamental dan teknikal untuk membantu mengambil keputusan investasi yang tepat.

Sumber Passive Income: Dividen Saham

Ketika berinvestasi dalam instrumen saham, tujuan utama kita tentu saja adalah mendapatkan profit. Profit dalam hal ini terdiri dari capital gain dan dividen.

Capital gain adalah selisih antara harga jual dan harga beli saham. Sebagai contoh, jika kita membeli saham Unilever (UNVR) pada harga Rp. 2.900 dan kemudian menjualnya pada harga Rp. 3.500 setelah beberapa waktu, maka capital gain yang kita peroleh adalah Rp. 600 per lembar saham. Dalam persentase, ini setara dengan 20%.

Selain capital gain, kita juga akan memperoleh imbal hasil lainnya dari saham, yaitu dividen.

Dividen merupakan bagian dari laba emiten yang dibagikan kepada pemegang saham. Sebagai pemegang saham, tentunya kita ingin memilih emiten yang mampu memberikan laba yang tinggi agar kita dapat memperoleh dividen yang cukup besar. Dividen ini dapat menjadi sumber passive income yang dapat diandalkan.

Dividen saham dianggap sebagai sumber passive income karena kita mendapatkan keuntungan dari laba emiten tanpa harus bekerja keras atau menghabiskan banyak waktu.

Nilai dividen yang diberikan oleh emiten kepada pemegang saham merupakan selisih antara laba perusahaan dan laba ditahan. Laba ditahan adalah laba yang disimpan oleh perusahaan dan digunakan untuk biaya ekspansi di masa depan.

Investor dapat dibedakan menjadi dua kategori: investor jangka pendek dan investor jangka panjang. Bagi investor jangka pendek, dividen dengan nilai besar lebih diharapkan. Namun, bagi investor jangka panjang, mendapatkan dividen dengan nilai kecil tidak menjadi masalah selama emiten yang dimiliki sahamnya mampu melakukan ekspansi untuk pengembangan perusahaan.

Di samping itu, Anda pun harus mengetahui cara menghitung dividen per lembar saham lewat nilai Dividend Payout Ratio (DPR). Nilai DPR saham tersebut adalah persentase dividen dari laba bersih perusahaan.

Emiten besar semisal Unilever Indonesia (UNVR) atau HM Sampoerna (HMSP) adalah contoh perusahaan dengan nilai DPR yang dapat berada di angka 100%. Itu artinya semua keuntungan perusahaan dibagikan untuk para pemegang saham.

payout history dari dividen UNVR
Contoh payout history dari emiten UNVR. Sumber: finbox.com.

Bila perusahaan seperti Sampoerna atau Unilever tadi akan berekspansi mengembangkan perusahaan maka ia akan memanfaatkan uang kas. Kedua perusahaan itu memang memiliki kas dalam jumlah besar yang membuatnya tak lagi perlu laba ditahan untuk mendanai ekspansi.

Perusahaan yang memiliki Dividend Payout Ratio (DPR) rendah umumnya sedang dalam tahap ekspansi, sehingga memerlukan anggaran untuk mendanai pengembangan perusahaan. Perusahaan yang sedang tumbuh biasanya memiliki DPR sekitar 20% hingga 50%.

Selain DPR, kita juga perlu memperhitungkan Dividend Yield dari emiten yang sahamnya kita miliki. Dividend yield merupakan rasio dividen per saham dibandingkan dengan harga pasar saham. Dengan kata lain, dividend yield mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan.

Sebagai contoh, jika kita memiliki saham Indofood CBP Sukses Makmur dengan kode ICBP, dan perusahaan tersebut membayar dividen per saham sebesar Rp 500, sedangkan harga pasar saham saat ini adalah Rp 8.800, maka dividend yield dari saham Indofood adalah sebesar 5%.

dividend yield emiten HMSP
Dividend Yield dari HMSP sebesar 8.94%. Sumber: finbox.

Emiten dengan angka dividend yield besar, pasti harga sahamnya mengalami kenaikan utamanya ketika pembagian dividen diumumkan.

Antara DPR dan dividend yield mana yang harus dipegang sebagai investor? Tentunya dividend yield, karena berhubungan dengan harga saham yang kita pegang. Sebagai investor pastinya lebih senang dengan perusahaan yang mempunyai tingkat return lebih tinggi, walau terkadang perusahaan dengan dividend yield rendah lebih diminati.

Poin yang mesti dipahami yakni tak setiap emiten dengan nilai DPR besar juga punya nilai dividend yield yang besar juga.

Setiap perusahaan memiliki tata cara pembagian dividen saham yang berbeda-beda. Dua cara yang paling umum adalah dividen tunai dan dividen saham.

Dividen tunai tersebut akan dibagikan berwujud tunai, sementara dividen saham akan memberikan saham gratis untuk pemegang saham. Untuk Indonesia, dividen saham berbentuk tunai adalah yang paling banyak dipilih emiten. Sementara dividen saham biasanya dibagikan apabila kondisi kas perusahaan tak memungkinkan bila harus dibagi dividen tunai.

Tips Memilih Saham Berdividen untuk Pemula

Untuk berinvestasi saham, Anda mesti mengetahui cara membeli saham. Pemilik modal diwajibkan membuka rekening efek yang didukung perusahaan sekuritas. Begitu rekening dimiliki maka investor mesti mengisinya dengan uang sejumlah tertentu. Dana itulah yang kemudian digunakan layaknya e-money.

Ketika membeli saham, ada biaya transaksi yang harus ditanggung investor. Karena itu investor pemula sebaiknya memilih mana perusahaan sekuritas yang memberlakukan biaya cukup rendah. Biaya pembelian biasanya 0,19% namun ada juga yang cuma 0,15%. Sedangkan biaya penjualan umumnya sebesar 0,29% meski ada juga yang hanya 0,20%.

Para pemula pun biasanya kesulitan menentukan saham mana yang mesti dibeli. Karena itu tipsnya untuk pembelian saham pertama silahkan memilih saham dari perusahaan yang memberikan dividen tinggi. Tidak usah risau, berbagai saham itu umumnya punya likuiditas cukup tinggi dengan fundamental yang sangat bagus.

Untuk mencari saham yang memiliki dividen tinggi, lihat rasio DPR dan Dividend Yield yang dimiliki emiten. Semakin tinggi maka semakin bagus.

Jadi dalam berinvestasi di saham, tak cuma profit dalam bentuk capital gain saja yang bakal diperoleh, profit berbentuk dividen juga dapat dinikmati dan dapat sebagai salah satu sumber passive Income untuk kita.

Pratomo Eryanto

Pratomo Eryanto

Pratomo Eryanto memiliki motto "Investasi tidak harus membosankan". Sebagai penggiat dunia pasar saham, Pratomo memiliki misi meningkatkan literasi finansial masyarakat Indonesia.

1 tanggapan pada “Passive Income Dari Dividen Saham? Bisa!”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *