Lompat ke konten
Daftar Isi

Pengaruh Inflasi Terhadap Investasi: Hubungan dan Dampak

investasi melawan inflasi

Kadangkala, banyak investor pemula yang keliru dengan investasi jangka panjang dan tanpa disadari daya beli asetnya kemudian mengalami penurunan. Sejumlah uang yang dibayarkan saat membeli investasi di awal bisa jadi tidak kembali dengan harga yang sama bahkan sangat jauh berkurang.

Untuk itu, kita perlu memperhatikan pengaruh inflasi dan investasi jangka panjang.

Perhatikan Peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks Harga Konsumen, juga dikenal sebagai Consumer Price Index (CPI), merupakan indikator yang berguna untuk mengukur tingkat inflasi dengan cara menghitung perubahan rata-rata harga barang atau jasa yang dapat dikonsumsi dalam suatu periode tertentu.

Setiap bulan, Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat melakukan survei untuk mengidentifikasi IHK dengan membandingkan harga dari berbagai jenis barang atau jasa yang dapat dikonsumsi, termasuk perumahan, makanan, transportasi, dan pakaian, baik di masa kini maupun di masa lalu.

Menurut para ekonom, IHK memiliki kekurangan. IHK tidak memperhitungkan pajak atau menganggap kenaikan harga produk bisa menimbulkan reaksi yang bermacam-macam dari konsumen seperti membeli produk pengganti yang lebih murah. Namun secara umum, IHK memiliki peranan yang cukup berguna dalam mengukur harga dari waktu ke waktu.

Sejak tahun 1945, daya beli dolar menurun setiap tahun kecuali pada tahun 1949 dan 1954 sehingga inflasi sudah menjadi makanan harian bagi perekonomian Amerika Serikat. Tingkat inflasi pada umumnya bersifat moderat hingga akhir dekade 1970-an. Dari 1926 hingga 1970, tingkat rata-rata inflasi tahunan adalah sekitar 1,9%. Namun dari tahun 1970 hingga 1990, tingkat rata-rata meningkat menjadi kurang lebih 6% dengan batas tertinggi 13,3% di tahun 1979. Pada tahun 2017, tingkat inflasi sudah mulai mendekati kisaran 1-3% yang saat itu sekitar 2,11%.

Inflasi Berpotensi Mengurangi Keuntungan Investasi

Mungkin bagi sebagian orang, tingkat inflasi sebesar 4% tidak mengkhawatirkan. Namun, apabila kita mempertimbangkan dampaknya terhadap investasi jangka panjang, situasinya menjadi berbeda. Inflasi dapat memengaruhi daya beli investasi jangka panjang kita secara signifikan.

Sebagai contoh, dengan tingkat inflasi 4% setiap tahun dalam periode 20 tahun, nilai satu rupiah akan menyusut menjadi hanya 0,44 rupiah. Jika kita melihat harga sebuah kulkas yang awalnya 10 juta, setelah mengalami kenaikan 4% selama 20 tahun, harganya akan meningkat menjadi 22 juta, yaitu dua kali lipat dari harga awal. Demikian juga, harga mobil yang semula 230 juta akan melonjak menjadi 500 juta.

Begitu pula dengan investasi kita, inflasi sangat merugikan investasi kita. Ketika menghitung keuntungan dari investasi, kita perlu mempertimbnagkan tingka inflasi dan juga tingkat penegmbalian riil aset tersebut. Kedua hal tersebut sama-sama dipengaruhi oleh adanya inflasi.

Untuk membantu menghitung pengembalian riil, investor memerlukan ahli keuangan untuk menghitungnya secara akurat. Dengan begitu, sebelum berinvestasi dengan tujuan jangka panjang – seperti tabungan kuliah atau rekening pensiun – kita perlu membuat portofolio investasi yang sudah memperhitungkan tingkat inflasi. Dengan begitu, kita dapat mengatasi hal tersebut.

Kalahkan Inflasi Dengan Saham

Untuk terhindar dari ancaman inflasi pada portofolio kita, kita memerlukan peninjauan ulang akan investasi yang dapat mengalahkan inflasi. Saham memberikan potensi tersebut dalam jangka panjang baik 10 hingga 30 tahun atau lebih. Kinerja di masa lalu tidak akan menjamin hasil investasi di masa depan. Namun, Saham memberikan hasil keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan aset lainnya.

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Standard & Poor’s, dengan catatan bahwa tidak mungkin berinvestasi secara langsung dalam suatu indeks, analisis ini menemukan bahwa pengembalian tahunan portfolio secara eksklusif terdiri dari 10,22% saham indeks S&P 500 yang sangat jauh dari tingkat inflasi rata-rata 2,89%. Analisis tersebut diambil dari tahun 1926 hingga 31 Desember 2017. Kemudian, hasil keuntungan tahunan dari obligasi pemerintah jangka panjang hanya menghasilkan sekitar 5,63%.

Yang perlu diketahui adalah inflasi dapat memengaruhi harga saham, di mana peningkatan biaya produksi dapat menurunkan potensi pendapatan perusahaan. Jika kinerjanya menurun, maka harga saham akan menurun juga.

Diversifikasi

Diversifikasi dilakukan untuk mengatur risiko – salah satunya dari inflasi – sehingga investor dapat memastikan aset yang akan mengalami kerugian. Manajer Investasi atau ahli keuangan dapat membantu para investor untuk mengembangkan portfolio kita sesuai dengan proporsi yang diinginkan.

Dalam jangka panjang, kita juga dapat mendiversifikasi portofolio kita dengan reksa dana saham. Reksa dana ini sudah menunjukkan potensi pertumbuhan jangka panjang yang menjanjikan seperti saham biasa. Kita juga dapat mempertimbangkan IRA – rekening pensiun individu – dan anuitas variabel – untuk menilai obligasi ketika pembayaran mengalami penurunan- untuk portofolio investasi kita yang berorientasi pada pertumbuhannya. Sampai jatuh tempo, kita dapat mengalihkan aset ke portofolio yang lebih konservatif apabila dirasa lebih sesuai.

Jangka Waktu Memengaruhi Alokasi Aset

Obligasi menjamin pendapatan tetap hingga jatuh tempo, namun saham berfluktuasi pada jangka pendek sehingga saham bisa naik dan turun dengan cepat dan drastis di pasar saham. Investor perlu mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan. Dengan begitu, investor dapat mengantisipasi pendapatan, tabungan, dan aset lain yang dimiliki serta seberapa banyak risiko yang bisa ditoleransi oleh para investor.

Jika sudah mempertimbangkan, investor dapat mengombinasikan saham dengan produk investasi lainnya pada portofolio yang dimiliki sehingga investor dapat berada dalam zona aman.

Kesimpulan

Baik investor pemula maupun investor yang sudah berpengalaman perlu memperhatikan pengaruh inflasi dan investasi agar tetap stabil. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, saham dapat melampaui inflasi. Sebagai salah satu bentuk investasi yang mampu mengalahkan inflasi, alangkah lebih baiknya untuk mencantumkannya pada portofolio kita. Meski begitu dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli perencanaan keuangan untuk menyesuaikan kebutuhan spesifik dengan beragam pilihan investasi lainnya.

Melvern Pradana

Melvern Pradana

Melvern Pradana adalah seorang investor yang aktif menanam modal di pasar saham, cryptocurrency, P2P lending, dan reksa dana. Idolanya adalah Warren Buffett dan Peter Thiel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *