Secara garis besar, pemain pasar saham terdiri atas investor dan spekulan.
Saat Anda melakukan investasi dalam bentuk aset atau produk keuangan, Anda pasti mengharapkan keuntungan. Tidak hanya itu, Anda juga berharap untuk menerima semua modal yang telah dikeluarkan saat Anda menjual aset.
Apabila Anda berspekulasi terhadap suatu aset, Anda berharap harga bergerak sesuai dengan keinginan, tetapi Anda sadar pula bahwa harga juga bisa turun.
Dalam pasar keuangan yang kompleks, garis antara investasi dan spekulasi tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Artikel ini membahas perbedaan utama antara keduanya dan mencantumkan contoh investasi, spekulasi, dan “grey area” atau area abu-abu di antara keduanya.
Apa itu Investasi?
Investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.
Ketika masuk ke pasar keuangan, Anda melakukan investasi berupa aset dan mengharapkan adanya keuntungan dan berharap pula untuk menerima kembali investasi yang sudah dikeluarkan di awal. Hal ini bukan berarti investasi tidak memiliki risiko, tetapi harapannya adalah berinvestasi dengan risiko yang rendah.
Sebagian besar investasi menciptakan arus kas seperti bunga, kupon, sewa, atau dividen. Namun, dalam beberapa kasus, keuntungan diinvestasikan kembali guna menambah nilai aset.
Apa itu Spekulasi?
Spekulasi adalah kegiatan jual beli sebuah instrumen berisiko tinggi dengan harapan mendapatkan keuntungan. Spekulasi biasanya didasarkan pada teori tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, tetapi hal tersebut belum memiliki kepastian dan memiliki risiko jauh lebih tinggi dibandingkan investasi.
Selama orang berburu emas, atau biasa dikenal sebagai “demam emas”, orang yang pergi mencari emas disebut sebagai spekulan. Mereka tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah mereka akan menemukan emas, tetapi mereka menyiapkan atas risiko yang akan dihadapi karena reward yang akan mereka dapatkan akan jauh lebih tinggi.
Berinvestasi vs. Berspekulasi: Perbedaan Utama
Dalam buku The Intelligent Investor, Benjamin Graham menulis: “Investasi adalah tindakan yang jika dianalisis secara menyeluruh, menjanjikan keamanan modal dan pengembalian yang memadai. Tindakan yang tidak memenuhi persyaratan ini bersifat spekulatif.”
Perbedaan utama antara berinvestasi dan berspekulasi adalah tingkat risiko dan kepastian menerima kembali modal Anda. Investor cukup yakin mereka tidak akan kehilangan uang. Di sisi lain, para spekulan tahu betul bahwa ada kemungkinan yang cukup besar apabila mereka akan kehilangan investasi mereka.
Apabila Anda benar-benar kehilangan uang karena investasi, itu kemungkinan besar karena sesuatu yang tidak terduga terjadi, misalnya terjadi peristiwa yang bersifat black swan. Apabila Anda tidak terkejut dengan kerugian, kemungkinan besar Anda berspekulasi.
Spekulan mengejar keuntungan yang tinggi, bukan probabilitas untung yang tinggi. Spekulasi biasanya lebih bersifat jangka pendek, walaupun ada beberapa investasi spekulatif yang memang memiliki jangka waktu lama.
Spekulan biasanya mengharapkan harga suatu aset berubah, sedangkan investor mencari arus kas, atau nilai aset untuk bertambah.
Investasi aktif bisa jadi lebih spekulatif, tetapi bukan berarti investasi aktif sama dengan spekulasi. Analisis fundamental yang solid lebih cenderung menghasilkan investasi daripada spekulasi. Namun, analisis menyeluruh juga dapat menghasilkan investasi spekulatif.
Anda dapat melakukan riset dan menyimpulkan bahwa saham memiliki peluang lima puluh persen untuk mencapai nol dan peluang lima puluh persen untuk naik tiga kali lipat. Misalnya, untuk seratus ribu rupiah yang Anda pertaruhkan, Anda akan kehilangan seratus atau dua ratus ribu rupiah. Ini adalah taruhan spekulatif, tetapi ini adalah taruhan yang layak untuk diambil.
Perbedaan antara berinvestasi dan berspekluasi juga dapat bergantung pada orang yang melakukan transaksi keuangan.
Katakanlah ada dua investor berbeda yang membeli saham yang sama.
Investor pertama mungkin membeli saham hanya berdasarkan firasat. Investor kedua mungkin telah membeli saham setelah melakukan banyak penelitian dan memiliki tesis investasi yang sangat bagus. Investor pertama berspekulasi, sedangkan investor kedua berinvestasi.
Dalam kasus ini perbedaannya tergantung pada setiap pendekatan, bukan pada saham itu sendiri.
Area Abu-Abu antara Spekulasi dan Investasi
Dalam banyak kasus, sangat jelas apakah Anda sedang berinvestasi atau berspekulasi. Namun, dalam beberapa kasus, tindakan Anda dapat digolongkan juga sebagai keduanya.
Saham berkapitalisasi kecil biasanya bersifat spekulatif. Akan tetapi, beberapa perusahaan kecil memiliki pendapatan yang dapat diprediksi dan memiliki keunggulan yang kompetitif. Apabila Anda dapat berinvestasi di jenis perusahaan ini dengan harga yang wajar, Anda sedang tidak berspekulasi.
Hedge fund (atau pengelola investasi global) biasanya bersifat sangat spekulatif dibandingkan apa yang kebanyakan orang anggap sebagai investasi. Lebih lanjut, ketika pengelola investasi menggunakan strategi perdagangan aktif, perdagangan individu mungkin memiliki karakteristik spekulatif. Namun, jika sistemnya didasarkan pada penelitian empiris, berinvestasi dalam reksa dana itu sendiri belum tentu spekulatif.
Menggunakan teknik investasi kuantitatif menghilangkan banyak elemen spekulatif dari sistem perdagangan. Sinyal perdagangan dihasilkan sebagai hasil dari proses yang disengaja yang melibatkan kecerdasan buatan, big data, dan analisis sentimen. Tujuan dari pengelolaan semacam itu adalah untuk mengurangi risiko portofolio, yang merupakan karakteristik investor, bukan spekulan.
Contoh Investasi:
1. Rekening Tabungan
Rekening Tabungan adalah salah satu jenis investasi yang paling aman. Apabila Anda berinvestasi di rekening tabungan, uang Anda hampir pasti aman dan Anda tahu secara kasar Bungan majemuk apa yang akan diperoleh. Sebagian besar rekening tabungan dijamin oleh pemerintah hingga dalam jumlah tertentu.
2. Reksa Dana
Reksa dana umumnya dianggap sebagai investasi. Namun, beberapa diantaranya cenderung sangat spekulatif, tergantung pada strategi yang mereka ikuti, atau instrument yang mereka investasikan. Secara aktif memindahkan uang masuk dan uang keluar dari reksa dana bersifat spekulatif, terlepas dari dananya itu sendiri.
3. Reksa Dana Ekuitas Swasta
Reksa dana ekuitas swasta atau private equity funds berinvestasi di perusahaan swasta dengan model bisnis yang terbukti. Faktanya, reksa dana ekuitas swasta biasanya berinvestasi di perusahaan setelah fase spekulatif mereka selesai. Mereka menerima pengembalian yang lebih rendah tetapi memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi daripada reksa dana venture capital.
4. Saham Blue Chip
Saham blue chip memang membawa beberapa risiko, tetapi umunya dianggap sebagai investasi yang aman dan memiliki pendapatan yang dapat diprediksi. Perusahaan yang dianggap sebagai “blue chip” sangat kecil kemungkinannya untuk mengalami kebangkrutan, meskipun nilainya dapat turun pada tahun-tahun tertentu.
Portofolio saham blue chip kemungkinan tidak akan kehilangan nilainya selama periode lima sampai sepuluh tahun. Contohnya, jika Anda berinvestasi di saham blue chip top Indonesia, besar kemungkinan dalam jangka panjang Anda akan memperoleh keuntungan.
5. Saham “Value”
Saham “value” dianggap memiliki sisi negatif yang cenderung terbatas. Apabila suatu saham diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya, skenario terburuknya adalah pemilik saham biasa berhak atas nilai likuidasi perusahaan. Investasi “value” berusaha membatasi sisi negatifnya terlebih dahulu, baru kemudian mendapatkan keuntungan.
Saham dengan P/E (Price to Earning) rendah tidak selalu berupa saham “value”. Salah satu mitos investasi yang paling umum adalah bahwa saham PE rendah adalah investasi yang bagus. Sementara beberapa saham yang diperdagangkan dengan metrik rendah adalah bentuk investasi yang bagus, harga yang murah diakibatkan oleh satu dan lain hal.
Demikian pula, beberapa saham berkinerja terbaik diperdagangkan pada metrik tinggi. Meskipun sisi negatif dari nilai saham terbatas, investor hanya akan mendapatkan keuntungan jika prospek perusahaan membaik dan mengenalinya.
6. Obligasi Pemerintah
Obligasi yang diterbitkan pemerintah juga cukup aman, pemerintah dapat mencetak uang untuk membayar kembali prinsip tersebut. Hal ini mungkin melemahkan mata uang, tetapi prinsipnya akan aman.
7. Tabungan Pensiun
Tabungan pensiun, anuitas, dan dana campuran adalah salah satu investasi yang relatif aman. Sebagian besar dari produk tabungan jangka panjang ini diatur sangat ketat guna memastikan bahwa modal tidak diinvestasikan dalam instrument spekulatif.
8. Platform Robo Advisor
Platform robo advisor menawarkan strategi investasi yang penuh pertimbangan. Faktanya, sebagian besar dari apa yang mereka lakukan bertujuan untuk menjauhkan investor dari berspekulasi. Robo advisor menginvestasikan aset klien dalam investasi pendapatan pasif sesuai dengan kerangka alokasi aset yang bijaksana.
9. Investasi Pasif/Exchange Traded Fund (ETF)
Exchange Traded Fund adalah reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek. Investasi pasif dan ETF umunya lebih termasuk dalam investasi daripada spekulasi. ETF berdasarkan kapitalisasi pasar akan selalu berisi saham paling berharga di setiap pasar. Memiliki saham paling sukses dalam jangka panjang berkemungkinan pula untuk menghasilkan investor keuntungan. Namun, secara aktif memperdagangkan ETF adalah spekulasi, seperti halnya sebagian besar saham.
10. Investasi ESG
Investasi faktor dan investasi Environmental, Social and Good Governance (ESG) merupakan bagian dari strategi investasi. Penelitian jenis investasi ini didasarkan dengan melihat faktor-faktor yang menyebabkan kinerja jangka panjang dan profitabilitas. Pedagang juga biasanya tidak menggunakan jenis faktor ini untuk spekulasi.
Contoh Yang Bisa Dikategorikan Sebagai Investasi Atau Spekulasi:
1. Investasi Momentum
Investasi Momentum bersifat spekulatif. Investasi tidak dilakukan dengan tingkat kepastian apa pun. Sebaliknya, momentum digunakan untuk menandakan fakta bahwa investor lain kemungkinan besar akan membayar harga yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Namun, portofolio momentum yang terdiversifikasi, yang didasarkan pada penelitian empiris dapat menghilangkan banyak ketidakpastian. Hal yang sama dapat diterapkan pada strategi pengambilan saham apa pun.
2. Properti
Properti dapat dengan mudah jatuh ke dalam ranah investasi atau spekulasi. Properti sewaan yang menghasilkan arus kas positif adalah investasi. Sebaliknya, investasi uang ke dalam properti hanya akan menguntungkan jika nilai jualnya menungkat, dan itu disebut sebagai spekulasi.
3. Saham Growth
Saham growth sering diberi harga seolah-olah mereka akan terus meningkatkan pendapatan dengan cepat selama beberapa tahun. Membeli saham seperti ini biasanya merupakan spekulasi. Investasi populer biasanya akan diperdagangkan dengan premi, dan mungkin tidak ada pertumbuhan yang cukup untuk membenarkan premi. Namun, seorang investor dapat menyimpulkan dari penelitiannya bahwa pertumbuhan yang dibutuhkan dapat dicapai.
4. Pengelola Venture Capital
Pengelola venture capital biasanya berinvestasi dalam bisnis baru yang bersifat spekulatif. Namun, orang dapat berargumen bahwa reksa dana yang terdiversifikasi di banyak startup biasanya telah mengurangi risiko. Apakah reksa dana itu spekulatif atau tidak, itu kembali lagi pada masing-masing individu.
5. Pengelola Investasi
Hedge funds dan strategi perdagangan algoritmik dapat digunakan untuk berspekulasi. Di samping itu, mereka juga dapat digunakan untuk melindungi nilai dari volatilitas atau kehancuran pasar saham. Dalam hal ini, mereka digunakan sebagai bagian dari strategi investasi.
Contoh Spekulasi:
1. Derivatif
Derivatif, termasuk opsi, kontrak berjangka, dan Contract for Difference (CFD), paling sering digunakan untuk spekulasi. Hal yang sama berlaku untuk perdagangan instrumen keuangan apa pun dalam margin. Bahkan jika underlying asset dapat dikatakan sebagai investasi, penggunaan leverage biasanya akan membuat derivatif menjadi spekulatif.
2. Saham Eksplorasi Pertambangan
Saham eksplorasi pertambangan adalah saham perusahaan yang mencari energi baru dan cadangan mineral. Perusahaan-perusahaan ini bisa sangat menguntungkan jika mereka menemukan cadangan baru. Namun, tidak ada kepastian bahwa mereka akan menemukannya, atau bahwa cadangan yang mereka temukan akan membenarkan biaya eksplorasi.
3. Investasi pada Startup
Investasi di awal didirikannya sebuah startup umumnya sangat spekulatif. Startup memiliki sedikit atau tanpa pendapatan dan tidak memiliki rekam jejak. Sampai model bisnis mereka terbukti, belum ada kepastian pengembalian.
4. ETF yang Berinvestasi di Industri Baru
ETF yang berinvestasi di industri baru umumnya bersifat spekulatif. Pada waktunya, dana ini mungkin memenuhi syarat sebagai investasi, tetapi sampai perusahaan itu menguntungkan, mereka bersifat spekulatif.
5. Saham Biotechnology
Sebagian besar bersifat spekulatif. Perusahaan-perusahaan ini hanya memperoleh keuntungan jika obat yang mereka kembangkan berhasil melewati uji klinis dan persetujuan peraturan. Sampai hal itu terjadi, ada ketidakpastian yang tinggi.
6. Short Selling
Penjualan pendek (short selling) seringkali bersifat spekulatif, kecuali jika itu merupakan bagian dari strategi lindung nilai atau kerap disebut hedging strategy. Apabila Anda menjual saham , Anda tidak pernah bisa yakin harganya tidak akan naik. Ketika terlalu banyak posisi pendek, tekanan pendek akan sering terjadi, menyebabkan pedagang membeli kembali saham mereka dengan harga lebih tinggi.
7. Uang Kripto
Karena secara umum sangat volatil dan belum jelas apakah akan dipakai di masa depan atau tidak, uang kripto merupakan aset spekulatif. Kebanyakan orang membeli uang kripto dengan mengharapkan harganya akan naik karena semakin banyak orang membelinya. Memang, ada yang membeli sebagai investasi jangka panjang, namun mereka termasuk minoritas.
Ada jenis perdagangan dan investasi lain yang spekulatif. Membeli sebuah perusahaan untuk mengantisipasi pengambilalihan adalah salah satunya. Bertaruh pada perputaran yang sukses dari perusahaan yang bangkrut adalah hal lain. Mengantisipasi perubahan regulasi atau aktivitas bank sentral juga bersifat spekulatif.
Pro dan Kontra Berinvestasi
Ketika berinvestasi, Anda tidak mungkin kehilangan seluruh jumlah yang akan dijanjikan. Anda juga akan memiliki gagasan tentang keuntungan yang kemungkinan besar akan dihasilkan. Berinvestasi datang dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi. Ini berarti Anda dapat berinvestasi untuk tujuan yang sangat spesifik asalkan waktu berada di pihak Anda.
Kelemahan terbesar bagi investor adalah keuntungan kemungkinan tidak terlalu tinggi dan mereka akan membutuhkan waktu untuk menghasilkan. Investor terbaik di dunia memiliki keuntungan tahunan jangka panjang sekitar dua puluh persen. Kemudian, bahkan keuntungan itu datang dengan volatilitas yang cukup besar. Keuntungan investasi tahunan kemungkinan besar berada dalam kisaran lima hingga lima belas persen, tergantung pada jumlah volatilitas yang siap diterima investor.
Pro dan Kontra Berspekulasi
Spekulasi bisa berarti keuntungan yang lebih tinggi. Ini juga bisa berarti keuntungan diperoleh lebih cepat. Tapi tentu saja, tidak ada kepastian keduanya. Spekulasi juga berarti Anda dapat menghasilkan untung dari melakukan penelitian Anda sendiri dan beruntung dari pengetahuan unik yang Anda peroleh dan kembangkan. Investasi spekulatif dapat digunakan untuk meningkatkan keuntungan portofolio investasi. Perdagangan spekulatif kontrarian juga dapat digunakan untuk mengurangi volatilitas portofolio.
Sisi negatif dari spekulasi adalah bahwa ada tingkat ketidakpastian yang tinggi dan risiko kerugian yang besar. Meskipun spekulasi dapat menghasilkan kekayaan, Anda tidak dapat berspekulasi untuk mencapai suatu tujuan. Spekulasi membutuhkan toleransi risiko yang lebih tinggi. Jika Anda cenderung membuat keputusan irasional saat berada di bawah tekanan, berspekulasi sebaiknya dihindari.
Kesimpulan: Berinvestasi vs. Berspekulasi
Beberapa kepemilikan aset spekulatif mungkin diperlukan untuk meningkatkan keuntungan portofolio investasi. Namun, seiring dengan meningkatnya jumlah investasi spekulatif, ketidakpastian juga meningkat. Beberapa instrumen, aset, dan reksa dana dapat menjadi investasi dan spekulatif. Mengetahui cara membedakan keduanya memungkinkan Anda memutuskan berapa banyak portofolio Anda yang akan tempatkan untuk masing-masing.