Lompat ke konten
Daftar Isi

Apa itu Saham Defensif?

Saham defensif

Saham umumnya dikenal sebagai instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi dan cukup dihindari ketika ekonomi sedang resesi. Hal ini karena harga saham umumnya bergerak sesuai dengan siklus bisnis yang berlaku, sehingga ketika siklus bisnis masuk fase resesi,  banyak investor yang membutuhkan uang tunai atau memilih cut loss di pasar saham.

Akan tetapi, ada juga saham yang sebaiknya dibiarkan saja atau bahkan kalau perlu ditambah kepemilikannya meskipun sedang resesi. Salah satunya adalah saham yang masuk ke dalam kategori saham defensif. Apa itu saham defensif? Simak ulasannya berikut ini:

Pengertian Saham Defensif

Saham defensif atau defensive stock adalah saham yang menghadirkan keuntungan yang relatif konsisten terlepas dari kondisi pasar dan perekonomian secara keseluruhan. Adapun yang dimaksud dengan keuntungan di sini bisa jadi berupa dividen maupun kapital.

Secara bahasa, saham defensif atau defensif stock adalah saham yang digunakan untuk bertahan. Oleh sebab itu, jangan sampai Anda keliru mengartikannya sebagai surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan penyedia jasa keamanan dan pertahanan. 

Umumnya, saham sebuah perusahaan termasuk kategori defensive stock apabila pendapatan dan keuntungan bisnisnya relatif tidak berubah. Hal ini bisa terjadi karena perusahaan tersebut memproduksi kebutuhan-kebutuhan pokok yang tetap akan dibutuhkan oleh masyarakat terlepas dari situasi ekonomi yang sedang berlangsung. 

Tidak jarang juga instrumen ini diterbitkan oleh perusahaan yang bisnisnya sudah matang dan masuk ke dalam kategori blue chip. Hal ini karena, perusahaan yang sudah matang sudah berpengalaman menghadapi berbagai krisis dan dipercaya oleh investor dalam kondisi ekonomi apapun.

Sektor Saham Defensif

Secara garis besar, umumnya saham defensif diterbitkan oleh perusahaan yang memproduksi kebutuhan pokok, baik itu consumer goods maupun kesehatan. Alasannya adalah, baik ketika resesi maupun boom, masyarakat tetap membutuhkan produk-produk FMCG, seperti mie instan, odol, shampoo dan lain sebagainya dan tetap perlu ke rumah sakit untuk berobat. 

Namun demikian, pada dasarnya sebuah saham dikatakan defensif apabila tetap konsisten memberikan pendapatan terlepas dari kondisi ekonomi, sehingga saham kategori apapun bisa masuk ke dalam jenis ini apabila memenuhi syarat tersebut. 

Lalu, bagaimana cara mengidentifikasi instrumen investasi ini? Pertama, Anda harus tahu terlebih dahulu perusahaan apa yang memproduksi kebutuhan-kebutuhan pokok. Kedua, cek pendapatan, laba dan dividennya selama setidaknya 15 tahun terakhir, karena dalam 15 tahun ini Indonesia dan dunia menghadapi berbagai krisis, seperti covid-19, financial crisis 2008 dan lain sebagainya, sehingga Anda bisa melihat bagaimana kinerja perusahaan tersebut saat krisis terjadi. 

Ketiga, Anda dapat melakukan beta testing alias mencari perbandingan antara volatilitas harga saham tersebut dibandingkan dengan volatilitas harga saham di BEI secara umum (IHSG). Saham defensif biasanya memiliki skor beta testing yang lebih rendah dibandingkan dengan saham pada umumnya. Ini artinya, harga instrumen tersebut tidak gampang berubah-ubah terlepas dari kondisi ekonomi yang sedang terjadi.

Saat memilih defensive stock, khususnya ketika krisis, sebaiknya Anda juga mempertimbangkan sektor-sektor apa saja yang diuntungkan karena krisis tersebut. Walau bagaimanapun, krisis ekonomi bisa menjadi bumerang untuk sebuah industri dan menjadi rejeki nomplok untuk industri lain. 

Kelebihan Saham Defensif

1. Rendah risiko

Risiko investasi di saham defensif relatif lebih rendah dibandingkan dengan saham biasa. Hal ini karena instrumen investasi ini memiliki tingkat volatilitas harga yang rendah, diterbitkan oleh sebuah perusahaan yang mapan dan terbukti mampu bertahan di tengah badai krisis. Belum lagi fakta bahwa ada kemungkinan kalau perusahaan yang menerbitkan saham defensif tetap akan membayarkan dividen kepada investor meskipun kondisi ekonomi sedang tidak baik. 

2. Cocok untuk investor pemula

Dengan risiko yang rendah sebagaimana yang telah dijabarkan di atas, membuat defensive stock menjadi saham yang cocok untuk investor pemula atau investor konservatif. Alasannya, dengan investasi pada instrumen ini mereka tidak perlu mengkhawatirkan soal penurunan harga aset dan lain sebagainya karena dividen tetap dibagi dan pertumbuhan harga relatif stabil.

3. Performa lebih baik saat resesi

Saat resesi, banyak investor saham yang beralih berinvestasi ke instrumen yang dinilai lebih aman, seperti obligasi pemerintah, reksa dana atau bahkan deposito. Akibatnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) cenderung mengalami penurunan ketika fase ini. 

Sebaliknya, defensive stock justru akan terlihat menjanjikan. Pasalnya, harganya relatif tidak turun karena bisnisnya stabil atau bahkan harganya akan naik karena banyak investor yang menganggapnya lebih aman dan menguntungkan dibandingkan saham yang lainnya.

Kekurangan Saham Defensif

1. Keuntungan yang rendah

High risk high return, low risk low return. Walaupun bisa jadi rutin membayar dividen, keuntungan yang ditawarkan oleh perusahaan penerbit saham defensif juga rendah pula. Hal ini khususnya apabila menyangkut capital gain (keuntungan investasi dari perubahan harga). Maka dari itu, instrumen ini lebih cocok untuk investasi jangka panjang, alih-alih jangka pendek.

2. Performa yang kurang menarik saat ekonomi booming

Kebalikan dari resesi adalah booming, yaitu ketika kondisi ekonomi sedang baik-baiknya (pertumbuhan ekonomi menguat) atau ketika pasar saham secara rata-rata sedang bullish. Saat kondisi seperti ini, investasi di saham defensif akan terlihat kurang menarik. Sebab, kenaikan harganya yang kecil tidak sebanding dengan kenaikan harga saham lain di pasar.

2. Kurang cocok untuk trader dan investor agresif

Trader adalah orang yang mencari keuntungan dari perubahan harga saham dalam jangka pendek. Setingkat lebih rendah dibandingkan trader adalah investor tipe agresif yaitu investor yang berinvestasi pada saham yang menawarkan keuntungan tinggi. 

Kedua pelaku pasar modal ini memiliki tingkat toleransi risiko yang tinggi karena mengincar keuntungan yang tinggi pula. Oleh sebab itu, mereka berdua kurang cocok untuk investasi di saham defensif karena tingkat keuntungan dan risikonya yang rendah.  

Kapan Sebaiknya Saham Defensif Dibeli?

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa defensive stock adalah jenis saham yang patut untuk dibeli ketika sedang atau menjelang resesi ekonomi karena menawarkan keuntungan yang stabil dan risiko lebih rendah. Akan tetapi, sebelum membeli instrumen investasi ini menjelang resesi, Anda tetap harus mempertimbangkan banyak hal, seperti:

  1. Apakah saham tersebut benar-benar kategori saham defensif? Budget terbatas dan kondisi resesi mau tidak mau membuat Anda harus benar-benar memilih saham dengan hatu-hati. 
  2. Apakah kondisi ekonomi saat resesi mendukung atau malah melawan industri bidang perusahaan penerbit saham tersebut? Pasalnya, resesi bisa terjadi karena faktor yang berbeda dan mengakibatkan dampak yang berbeda pula. 
  3. Apakah kondisi keuangan Anda mencukupi untuk membeli saham? Saat resesi, pemenuhan kebutuhan sehari-hari harus menjadi prioritas utama sebelum berinvestasi. Anda harus memikirkan hal ini, sebab untuk membeli saham 1 lot dibutuhkan modal yang lumayan dan perlu waktu 2-7 hari untuk mengubahnya kembali menjadi uang tunai.
Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *